Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Agar Lebih Merakyat, KPK Seharusnya Jadi Komisi Pemberantasan Maling"

Kompas.com - 10/03/2016, 12:31 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Simanjuntak menuturkan, korupsi selama ini masih terlalu identik dengan isu para elite yang perdebatannya juga hanya berada di ruang-ruang elite.

Sementara itu, rakyat kecil kerap tak menganggap isu tersebut sebagai isu yang dekat dengan kehidupan mereka sehingga inisiatif untuk ikut berperang melawan korupsi pun tak deras dilakukan.

"Harusnya KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, diganti saja sekalian jadi korupsi pemberantasan maling agar lebih merakyat," ujar Dahnil dalam sebuah acara diskusi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/3/2016).

Ke depannya, kata Dahnil, masyarakat kecil juga perlu diingatkan, misalnya bahwa korupsi mengakibatkan jalan dan infrastruktur buruk, korupsi mengakibatkan anak-anak mereka kurang gizi, dan lapangan kerja tak adil.

Selain itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pun tidak digunakan sebagaimana mestinya.

"Ini harus digeser, gerakan anti-maling ini jadi gerakan masyarakat," kata dia.

Senada dengan Dahnil, Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan menyetujui bahwa isu korupsi hanyalah bahasan di ruang-ruang elite. Masyarakat belum menganggapnya sebagai isu yang dekat dengan mereka.

Selama ini, lanjut Ade, isu korupsi sering kali hanya membahas tentang kerugian keuangan negara, regulasi-regulasi yang dilanggar, hingga siapa aktor pelakunya, tetapi jarang dikaitkan dengan dampaknya.

"Akhirnya, isu korupsi dianggap sebagai isu elite. Urusan KPK, kepolisian, kejaksaan. Rakyat tidak menganggap sebagai isu mereka. Enggak ada tuh uang dari dompet mereka yang hilang," ujar Ade.

Padahal, jika dibedah, hampir setiap kasus korupsi memiliki dampak bagi rakyat secara luas. Ia mencontohkan kasus korupsi haji. Dengan adanya kasus korupsi haji tersebut, secara riil antrean haji terpotong.

Di sejumlah daerah juga ada permainan bisnis yang mengharuskan masyarakat menyetor sejumlah uang demi menyerobot antrean haji.

Selain itu, isu korupsi pelayanan publik. Ade mengatakan, sejak manusia lahir hingga meninggal sesungguhnya sangat erat dengan korupsi, misalnya saat lahir dan membuat akta kelahiran.

Tak jarang masyarakat yang menyetor sejumlah uang untuk memperlancar proses pembuatan akta kelahiran.

Menurut Ade, saat ini tugas yang harus dilakukan adalah bagaimana mendorong lebih banyak orang untuk sama-sama melawan korupsi.

Dari pengalaman ICW, lanjut dia, selain miskin harta, mayoritas masyarakat bawah juga miskin informasi.

Mereka tak mengetahui aturan dan hak-hak mereka sehingga lebih banyak masyarakat harus gencar diedukasi terkait korupsi.

"Sebanyak apa pun KPK, apalagi LSM, tanpa didukung partisipasi rakyat, saya kira pemberantasan korupsi tidak akan selesai-selesai," tutur Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Serangan Siber, TB Hasanuddin: Ini Kecelakaan atau Kebodohan Nasional?

Banyak Serangan Siber, TB Hasanuddin: Ini Kecelakaan atau Kebodohan Nasional?

Nasional
PAN Akan Gelar Rakernas, Siapkan Zulhas Jadi Ketua Umum Lagi

PAN Akan Gelar Rakernas, Siapkan Zulhas Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
DPR Heran Tak Ada 'Back Up' Data PDN yang Diserang, BSSN 'Lempar Bola' ke Kominfo

DPR Heran Tak Ada "Back Up" Data PDN yang Diserang, BSSN "Lempar Bola" ke Kominfo

Nasional
Budi Arie Beberkan Kronologi Serangan Siber ke PDN yang Bikin Layanan Lumpuh

Budi Arie Beberkan Kronologi Serangan Siber ke PDN yang Bikin Layanan Lumpuh

Nasional
8 Orang Sudah Daftar Seleksi Capim-Calon Dewas KPK

8 Orang Sudah Daftar Seleksi Capim-Calon Dewas KPK

Nasional
Pastikan Bansos Beras Lanjut Sampai Desember, Jokowi Sebut Anggaran Mencukupi

Pastikan Bansos Beras Lanjut Sampai Desember, Jokowi Sebut Anggaran Mencukupi

Nasional
Jokowi Diminta Jelaskan ke Publik Terkait Peretasan Sistem PDN

Jokowi Diminta Jelaskan ke Publik Terkait Peretasan Sistem PDN

Nasional
Wakil Ketua Komisi III: 82 Anggota DPR Terlibat Judi 'Online', MKD Akan Ambil Sikap

Wakil Ketua Komisi III: 82 Anggota DPR Terlibat Judi "Online", MKD Akan Ambil Sikap

Nasional
Buntut Serangan ke PDN, Menkominfo Bakal Wajibkan Instansi Pemerintah 'Backup' Data

Buntut Serangan ke PDN, Menkominfo Bakal Wajibkan Instansi Pemerintah "Backup" Data

Nasional
Di Abu Dhabi, Polri Tangkap WN China Buronan Kasus Penipuan 800 WN

Di Abu Dhabi, Polri Tangkap WN China Buronan Kasus Penipuan 800 WN

Nasional
Emirsyah Satar Dituntut 8 Tahun Penjara di Kasus Pengadaan Pesawat Garuda

Emirsyah Satar Dituntut 8 Tahun Penjara di Kasus Pengadaan Pesawat Garuda

Nasional
PDN Diretas, Menkominfo Akui Komitmen Indonesia dalam Pertahanan Siber Rendah

PDN Diretas, Menkominfo Akui Komitmen Indonesia dalam Pertahanan Siber Rendah

Nasional
Jokowi Didesak Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu Secara Hukum

Jokowi Didesak Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu Secara Hukum

Nasional
Budi Arie: Tidak Ada Negara di Dunia yang Tidak Terkena Serangan 'Ransomware'

Budi Arie: Tidak Ada Negara di Dunia yang Tidak Terkena Serangan "Ransomware"

Nasional
Sidang Vonis Terdakwa Korupsi yang Ancam 'Buldozer' Kemenkominfo Ditunda

Sidang Vonis Terdakwa Korupsi yang Ancam "Buldozer" Kemenkominfo Ditunda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com