Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Tak Dapat Gedung Baru, DPD Tuding Pemerintah dan DPR "Selingkuh"

Kompas.com - 04/11/2015, 11:50 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak berdiri pada tahun 2004, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) belum memiliki gedung sendiri. Gedung sekarang yang terletak di Kompleks Parlemen merupakan pinjaman dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menuntut hak yang sama bagi DPD untuk memiliki gedung baru. Menurut dia, DPD telah ditinggal oleh DPR meski pembahasan pengajuan anggaran gedung baru DPD dilakukan bersama-sama dengan DPR bersama pemerintah.

"Kami sudah pernah rapat 2-3 kali soal gedung baru ini. Kami bersama-sama dari awal usulkan gedung baru. Tapi, di tengah jalan, DPR tiba-tiba jalan sendiri," kata Irman saat dihubungi Selasa (3/11/2015) malam.

DPD sempat mengusulkan pembangunan gedung baru dengan nilai proyek sebesar Rp 900 miliar pada bulan September lalu. Namun, usulan itu dimentahkan Komisi III DPR saat rapat pembahasan dengan Sekretariat Jenderal DPD.

Menurut Komisi III DPR, dengan jumlah senator DPD yang berjumlah 130 orang, tidak perlu dibuat gedung baru.

"Ini reformasi, masa sampai sekarang DPD masih numpang lembaga lain? Padahal, kedudukan DPD sejajar dengan DPR," kata Irman.

Dia menduga ada lobi-lobi politik yang kuat di balik lolosnya gedung baru DPR yang masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016). Pasalnya, dia melihat sikap pemerintah yang sangat diskriminatif dalam penyusunan anggaran antar-lembaga negara.

Awalnya, Irman mengungkapkan sempat ada opsi gedung baru DPD nantinya akan menggunakan Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namun, Kemenpora juga masih memerlukan gedung itu dan belum menemukan gedung baru sehingga opsi pembangunan gedung baru pun diusulkan ke Komisi III DPR.

"Sampai sekarang ditolak oleh DPR. Bisa dibilang, pemerintah dan DPR berselingkuh. Pada awal bersama-sama, tetapi akhirnya hanya mementingkan kepentingan praktis dan jalan sendiri. Padahal, kami sudah memberikan pertimbangan konstitusional bahwa DPD berhak mandiri dan sejajar dengan DPR," kata Irman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com