Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPATK: Calon Kepala Daerah yang Tak Pakai Rekening Dana Kampanye Didiskualifikasi

Kompas.com - 17/10/2015, 20:10 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Agus Santoso meminta penyelenggara pemilu memastikan calon kepala daerah yang mengikuti pilkada serentak menggunakan rekening dana kampanye. Rekening tersebut merupakan salah satu persyaratan agar PPATK dapat memantau transaksi keuangan yang dilakukan melalui rekening itu selama kampanye.

"Kalau tidak digunakan, Bawaslu bisa minta calon itu didiskualifikasi saja. Kita ingin yang natural supaya rekening dana kampanye digunakan," ujar Agus di Jakarta, Sabtu (17/10/2015).

Pasalnya, kata Agus, hasil riset PPATK menunjukkan bahwa mayoritas rekening yang baru dibuka saat kampanye dimulai itu bersih dari jejak transaksi. Agus mengatakan, para calon kepala daerah lebih suka menyalurkan dana kampanye untuk barang dan jasa. Hal tersebut membuat PPATK kesulitan menelusuri transaksi yang mereka lakukan selama masa kampanye. Maka, tak heran sebanyak 60 persen kepala daerah di Indonesia tersangkut kasus korupsi.

"Kita concern soal Pilkada serentak, jangan sampai Pilkada serentak menghasilkan kepala daerah seperti ini," kata Agus.

Dalam rapat koordinasi bersama Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu, dilibatkan juga Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Dalam Pilkada serentak, kata Agus, OJK diperlukan untuk memberikan aturan jelas mengenai tata cara pembukaan rekening dan tata cara pelaporannya.

"Juga BI kami meminta membantu profiling penukaran uang yang berpotensi digunakan sebagai money politic di daerah," kata Agus.

Sementara itu, PPATK juga meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memeriksa Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang dilaporkan calon kepala daerah. Agus mengatakan, hal tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa data yang diisi para calon kandidat sesuai keadaannya.

"Kalau tidak jujur, nanti disampaikan ke Bawaslu supaya direkomendasikan tidak diloloskan atau didiskualifikasi," tutur Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com