Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Infrastruktur yang Manusiawi

Kompas.com - 28/09/2015, 15:16 WIB

Oleh: Mg Retno Setyawati

JAKARTA, KOMPAS - Di tengah kondisi ekonomi saat ini, program pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilai sudah tepat. Namun, pemerintah diminta tetap menjamin kelangsungan hidup sosial-ekologi dan meminimalisasi kekerasan.

Pembangunan infrastruktur akan membuka seluruh kawasan Indonesia dan memperlancar mobilitas sumber daya pembangunan. Harapan publik akan Indonesia sebagai negara yang produktif, maju, dan modern muncul. Proyek pembangunan berskala besar dipersiapkan di sejumlah wilayah untuk mengurai hambatan yang selama ini menyumbat mobilitas sumber daya.

Publik mengapresiasi proyek-proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan pemerintah saat ini. Meski terkesan lamban, pemerintah dinilai serius untuk merealisasikan proyek-proyek itu. Apresiasi ini terekam dalam jajak pendapat Kompas yang menyoroti pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot oleh pemerintahan Jokowi-Kalla. Dua pertiga responden jajak pendapat (70,5 persen) yakin, pemerintah serius membangun infrastruktur nasional.

Optimisme publik sejalan dengan semangat program pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita atau sembilan program prioritas. Pada poin keenam Nawa Cita, pemerintah berupaya membangun infrastruktur untuk menjadikan Indonesia sebagai negara produktif. Realisasinya, saat ini pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia demi meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Dampak pembangunan

Di balik manisnya janji proyek pembangunan infrastruktur, tersembunyi dampak sosial-ekologis yang berlangsung terstruktur, sistemik, dan masif. Dampak itu biasanya terkait dengan ancaman terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan hidup yang berada di sepanjang bentangan alam yang menjadi lokasi pembangunan.

Ganti rugi lahan yang dipakai untuk kepentingan pembangunan infrastruktur selama ini acap kali dipakai pemerintah sebagai mekanisme mengurangi beban hidup masyarakat yang terkena dampak proyek. Namun, ganti rugi yang diterima kadang kala tidak sebanding dengan kerugian yang diderita warga.

Dalam beberapa proyek infrastruktur yang dipantau Litbang Kompas di Jawa Barat ditemukan bahwa masalah pembebasan lahan menjadi salah satu persoalan utama pembangunan infrastruktur karena terkait ganti rugi. Selain berlarut-larut, masalah ganti rugi ini juga telah mendatangkan tindakan kekerasan fisik dan psikis terhadap warga yang kritis terhadap proyek-proyek tersebut. Pemerintah selaku pemilik proyek dan pembuat regulasi belum bisa menghentikan praktik-praktik yang menekan warga.

Empat dari sepuluh responden jajak menilai penanganan pemerintah belum memadai dalam menyelesaikan ganti rugi lahan, seperti yang terjadi pada kasus pembebasan lahan Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, dan proyek tol Brebes-Cipali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com