Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarau Panjang Akibat El Nino Ancam Perikanan Budi Daya

Kompas.com - 08/09/2015, 14:55 WIB

CILACAP, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang terjadi akibat adanya El Nino mempengaruhi perikanan budi daya di Kabupaten Cilacap, kata Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan (DKPPSDKSA) Cilacap Supriyanto.

"Berdasarkan prakiraan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan), kemarau di Cilacap masuk dalam kategori kekeringan ekstrem karena lebih dari 60 hari tidak ada hujan," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (8/9/2015).

Menurut dia, kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap budi daya perikanan darat karena banyak kolam yang kekurangan air.

Bahkan di beberapa wilayah, kata dia, ada kolam yang sama sekali tidak ada airnya karena sudah terlalu kering.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa di beberapa wilayah seperti Kecamatan Maos, airnya masih mencukupi sehingga budi daya ikan gurami tetap berkembang.

"Kami telah memantau ke sejumlah wilayah termasuk beberapa BBI (Balai Benih Ikan). Bahkan di BBI Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, sama sekali tidak ada airnya karena kolam-kolam itu sangat tergantung pada hujan," katanya.

Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya menyikapi kondisi tersebut dengan membuat sumur pantek jika memungkinkan.

Akan tetapi, kata dia, pembuatan sumur pantek itu berisiko terhadap lingkungan karena di beberapa daerah, cadangan airnya berkurang.

Ia mengharapkan hujan akan segera turun sehingga kolam-kolam ikan dapat terisi air.

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi DKPPSDKSA Indarto memperkirakan produksi perikanan budi daya di Cilacap mengalami penurunan sekitar 20-25 persen akibat kemarau panjang.

Jenis ikan yang terancam

Menurut dia, jenis ikan yang paling terkena dampak kemarau panjang, yakni gurame dan emas sedangkan lele masih bisa bertahan.

"Dengan kondisi cuaca seperti ini, produksi dan produktivitas agak terhambat. Beberapa daerah dilaporkan adanya penyakit yang menyerang ikan meskipun bukan penyakit yang berbahaya," katanya.

Menurut dia, penyakit yang menyerang ikan-ikan itu disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak ramah terhadap perikanan budi daya dimana cuaca pada siang hari terasa sangat panas sedangkan malam harinya dingin sekali.

Ia mengatakan bahwa fluktuasi suhu tersebut sangat berpengaruh terhadap ikan air tawar atau budi daya perikanan darat di wilayah minapolitan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Maos, dan Sampang.

"Wilayah yang paling terkena dampak kemarau panjang berada di Cilacap bagian barat (Dayeuhluhur, Wanareja, dan Majenang) karena sebagian besar kekeringan dan sebagian kecil masih terairi air meskipun sangat kecil. Sementara di wilayah timur (Maos dan Sampang) sebagian besar masih ada airnya karena terbantu oleh aliran irigasi," katanya.

Berikut video kekeringan di beberapa daerah:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kemenag Imbau Jemaah Haji Jaga Pakaian, Perilaku, dan Patuhi Aturan Lokal Saudi

Kemenag Imbau Jemaah Haji Jaga Pakaian, Perilaku, dan Patuhi Aturan Lokal Saudi

Nasional
Polemik RUU Penyiaran, Komisi I DPR Minta Pemerintah Pertimbangkan Masukan Rakyat

Polemik RUU Penyiaran, Komisi I DPR Minta Pemerintah Pertimbangkan Masukan Rakyat

Nasional
Jadi Tuan Rumah Pertemuan Organisasi Petroleum ASEAN, Pertamina Dorong Kolaborasi untuk Ketahanan Energi

Jadi Tuan Rumah Pertemuan Organisasi Petroleum ASEAN, Pertamina Dorong Kolaborasi untuk Ketahanan Energi

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kapolri Pilih Umbar Senyum Saat Ditanya Dugaan Penguntitan Jampidsus

Di Hadapan Jokowi, Kapolri Pilih Umbar Senyum Saat Ditanya Dugaan Penguntitan Jampidsus

Nasional
Penerapan SPBE Setjen DPR Diakui, Sekjen Indra: DPR Sudah di Jalur Benar

Penerapan SPBE Setjen DPR Diakui, Sekjen Indra: DPR Sudah di Jalur Benar

Nasional
Soal Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Komisi III DPR Minta Kejagung dan Polri Duduk Bersama

Soal Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Komisi III DPR Minta Kejagung dan Polri Duduk Bersama

Nasional
Ketum PBNU Minta GP Ansor Belajar dari Jokowi

Ketum PBNU Minta GP Ansor Belajar dari Jokowi

Nasional
Momen Hakim Agung Gazalba Saleh Melenggang Bebas dari Rutan KPK

Momen Hakim Agung Gazalba Saleh Melenggang Bebas dari Rutan KPK

Nasional
Di Jenewa, Menkominfo bersama Sekjen DCO Bahas Akselerasi dan Keberlanjutan Ekonomi Digital

Di Jenewa, Menkominfo bersama Sekjen DCO Bahas Akselerasi dan Keberlanjutan Ekonomi Digital

Nasional
Bertemu Pemilik Burj Khalifa, Prabowo: Beliau Yakin Pendapatan Pariwista RI Naik 200-300 Persen

Bertemu Pemilik Burj Khalifa, Prabowo: Beliau Yakin Pendapatan Pariwista RI Naik 200-300 Persen

Nasional
Kapolri Diminta Copot Anggotanya yang Akan Maju Pilkada 2024

Kapolri Diminta Copot Anggotanya yang Akan Maju Pilkada 2024

Nasional
Zulhas Pastikan Kemendag dan Pertamina Patra Niaga Berkomitmen Awasi Pengisian LPG di SPBE

Zulhas Pastikan Kemendag dan Pertamina Patra Niaga Berkomitmen Awasi Pengisian LPG di SPBE

Nasional
 Ditanya Hakim soal Biaya “Skincare”, Istri SYL: Apa Saya Masih Cocok? Saya Sudah Tua

Ditanya Hakim soal Biaya “Skincare”, Istri SYL: Apa Saya Masih Cocok? Saya Sudah Tua

Nasional
Jokowi Sebut UKT Kemungkinan Naik Tahun Depan, Supaya Tak Mendadak

Jokowi Sebut UKT Kemungkinan Naik Tahun Depan, Supaya Tak Mendadak

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Beda Gerakan Mahasiswa Era 1998 dan Sekarang

GASPOL! Hari Ini: Beda Gerakan Mahasiswa Era 1998 dan Sekarang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com