Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Modus Penipuan yang Diduga Dilakukan WNA yang Digerebek di Bandung

Kompas.com - 28/08/2015, 09:33 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi mengantongi dugaan lain dari penggerebekan yang dilakukan di sebuah rumah mewah di Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (26/8/2015) lalu. Penggerebekan dlakukan atas dugaan kejahatan narkotika dan pelanggaran keimigrasian. Polisi juga menduga berlangsung praktik kejahatan dunia maya atau cyber crime. (baca: Warga Asing asal Taiwan yang Ditangkap di Bandung Gunakan Visa Wisata)

Khusus untuk dugaan cyber crime, penyidik telah mendengarkan keterangan 30 saksi warga negara Taiwan yang bekerja di rumah itu.

Kepala Bareskrim Polri Komjen (Pol) Budi Waseso mengatakan, rumah yang terletak di Kompleks Sentra Duta Raya Blok E3, Desa Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat itu dijadikan 'base camp' untuk beraksi. (baca: 30 Warga Asing yang Ditangkap di Bandung Diduga Terlibat 3 Jenis Kejahatan)

"Mereka melakukan penipuan. Tapi penipuan itu untuk warga negara di Tiongkok sana, bukan di Indonesia. Jadi, mereka ini menipu orang luar negeri dari Indonesia," ujar Budi, di Mabes Polri, Kamis (27/8/2015).

Penyidik masih mendalami sudah berapa lama mereka melancarkan aksinya dan mencari siapa otak di balik praktik itu. Dari keterangan para WN Taiwan itu, mereka direkturt melalui sebuah situs di internet dengan iming-iming fasilitas tiket pesawat dan gaji besar. (baca: Kronologi Penggerebekan Rumah Mewah di Bandung)

Ada pun, cara penipuan itu dilakukan melalui pesan singkat yang ditujukan bagi korban di Tiongkok. Pesan singkat bohong itu berisi informasi bahwa korban harus mendatangi kantor polisi setempat karena ada data-data bank yang hilang. Pada pesan singkat itu pun dicantumkan nomor telepon kantor polisi yang juga sudah dimanipulasi.

"Sehingga ketika korban menelpon, seolah-olah dia sedang berkomunikasi dengan polisi Tiongkok. Padahal, yang ditelepon itu ya pelaku di Indonesia itu," ujar Budi.

Melalui telepon, pelaku meminta identitas serta data-data bank korban, termasuk akses nomor rekening. Setelah data bank korban didapat, pelaku melancarkan aksinya melalui internet dengan membobol rekening korban kemudian ditransfer ke rekening penampung untuk suatu saat dicairkan.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Victor Edison Simanjuntak mengatakan, polisi mengetahui ada rekening yang dijadikan penampungan uang hasil kejahatan.

"Ada rekening di Indonesia, ada yang di luar negeri. Tapi lengkapnya masih kami selidiki ya. Kami masih olah TKP terus. Sejauh ini belum ada yang ditetapkan tersangka," ujar Victor.

Berawal dari narkotika

Terungkapnya kejahatan penipuan di dunia maya itu berawal dari penangkapan seorang kurir sabu bernama Ghandy pada 22 Agustus 2015 lalu di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Dari tangan Ghandy, polisi menyita 2,5 kilogram sabu asal Tiongkok.

Ada pun, warga negara Malaysia yang menyerahkan sabu itu melarikan diri.

"Awalnya kami menyasar WN Malaysia ini, tapi dia berhasil kabur dan kami hanya dapat WN Indonesia yang menerima barang itu," ujar Direktur Tindak Pidana Narkotika Brigjen (Pol) Anjan Pramuka Putra.

Keterangan Ghandy membawa penyidik menggerebek salah satu rumah toko milik LCS di Ancol, Jakarta Utara. Di sana, penyidik menemukan 192 paspor milik WN Taiwan, Tiongkok, Viernam dan Mongolia. Ternyata, lanjut Anjan, sebagian paspor itu milik WN Taiwan yang digerebek di Bandung Barat.

Di Bandung Barat, penyidik mengamankan 30 warga negara Taiwan yang terdiri dari 14 wanita dan 16 pria. Mereka diduga melanggar aturan keimigrasian. Polisi juga menemukan sabu seberat 2,5 gram dan 260 ekstasi. Anjan mengatakan, narkoba itu hanya digunakan untuk konsumsi para WN asing.

Selain itu, penyidik juga menyita sejumlah barang elektronik yang diduga dilakukan untuk melancarkan kejahatan dunia maya, antara lain 11 laptop, 27 unit telepon rumah, 30 unit router, 15 bendel rekapan keuangan, 3 unit antena penguat sinyal, 65 ponsel dan 4 rekaman CCTV.

“Kita belum bisa mengungkap lebih dalam keterkaitan pidana itu satu sama lain. Saat ini, penyidik masih rekonstruksi untuk mendalami terus kasus ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Nasional
Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com