Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugas Dubes Bukan Sekadar "Cocktail Party"

Kompas.com - 27/08/2015, 19:36 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon duta besar non-karir pilihan Presiden Joko Widodo dinilai harus kerja keras jika terpilih. Diperlukan upaya khusus agar mereka memahami tugas dan fungsi seorang duta besar yang sesungguhnya.

"Sekarang kita harus berkaca apakah materi orang-orang yang dikirimkan jadi dubes itu sudah memadai? Kalau belum, tentu kita harus ada upaya khusus, terutama bagi dubes non-karir. Memang ada yang cukup ahli di bidangnya, apakah dari DPR atau peneliti. Tetapi, ada juga kita lihat yang tidak memiliki background ya tentu harus kerja keras," kata peneliti bidang perkembangan politik internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar, di Jakarta, Kamis (28/8/2015).

Menurut Dewi, menjadi seorang dubes merupakan suatu kehormatan, namun juga tanggung jawab yang berat. Dalam situasi perekonomian yang sulit seperti sekarang ini, pemerintah pasti berharap banyak dari para dubes yang menjadi ujung tombak diplomasi ekonomi.

Seorang dubes, kata Dewi, harus bisa menjadi agen pemasaran yang mempromosikan Indonesia di dunia internasional. Untuk itu, seorang dubes harus memahami produk Indonesia serta memahami dinamika nasional dan regional.

"Bagaimana menempatkan Indonesia pada posisi yang tepat dalam pencaturan antar bangsa. Artinya harus memiliki pemahaman yang memadai tentang dinamika internasional. Banyak sekali tantangan bagi dubes," kata Dewi.

Profesor yang kini menjabat sebagai salah satu deputi di Sekretariat Wakil Presiden ini, mengatakan, seorang dubes bertugas untuk mencegah suatu konflik antarnegara menjadi terbuka. Dalam hubungan antarnegara, gesekan-gesekan kepentingan tidak bisa dihindari.

"Itu peranan diplomat mencegah agar konflik tidak menjurus pertikaian terbuka dan bagaimana dalam suatu negoasisi kita bisa memenangkan nego tersebut meskipun posisi kita lemah tetapi bagaimana kita bisa unjuk diri dalam negosiasi," sambung Dewi.

Ia juga mengingatkan bahwa menjadi dubes harus bisa mengikuti ritme kerja yang tinggi. Apalagi jika ditempatkan di wilayah yang banyak warga negara Indonesia, terutama WNI yang bekerja di luar negeri. Tugas yang lebih berat juga dieemban para dubes yang ditempatkan pada negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.

"Kalau seandainya mereka dipilih, tentu tugas-tugas duta besar bukan sekadar cocktail party (pesta koktail). Itu bukan pekerjaan, orang melihat hanya glamour-nya saja," kata Dewi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com