Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Staf Khusus Presiden Salahkan Pemkab dan Polisi soal Insiden Tolikara

Kompas.com - 19/07/2015, 13:07 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Insiden berbau SARA di Tolikara, Papua, dinilai tidak lepas dari kesalahan pemerintah serta unsur kepolisian setempat. Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya heran kenapa pemerintah setempat memberikan izin kepada umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) untuk menggelar acara mengundang orang banyak bertepatan saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.

"Tanggal 17 Juli itu semua sudah tahu agenda nasional, Lebaran. Tapi mengapa masih diberi izin juga oleh pemerintah atau polisi?" ujar Lenis saat dihubungi, Minggu (19/7/2015) siang.

Terlebih, Lenis menyayangkan kebijakan GIDI untuk menggelar acara pada saat Lebaran. Seharusnya, antarumat beragama bisa saling memahami satu sama lain perihal waktu beribadah agar tidak saling mengganggu. "Harus kasih kesempatan mereka beribadah, berdoa. Begitu juga Islam ke Nasrani, saling menghormati, menghargai," ujar Lenis.

Lenis mengaku, telah mengirimkan laporan insiden Tolikara kepada presiden Jokowi, Jumat malam. Laporan tersebut, kata Lenis, melengkapi laporan dari instansi Kepolisian dan TNI sebelumnya.

Rencananya, Lenis akan terbang ke Tolikara, 29 Juli 2015 mendatang untuk memediasi dua belah pihak. Hingga tanggal itu, tim khusus diterjunkan untuk mempersiapkan jalannya mediasi sembari menunggu situasi masyarakat kondusif.

Diberitakan, sekelompok orang yang diduga berasal dari umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) mendatangi Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar Salat Id, Jumat pagi. Mereka protes lantaran pengeras suara jamaah dianggap mengganggu acara yang juga tengah digelar oleh umat GIDI.

Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni Mandang, kedatangan umat GIDI ke umat Islam dengan cara baik-baik. Tapi, tembakan aparat ke arah mereka membuat situasi menjadi kacau. Apalagi begitu diketahui 1 orang meninggal dunia akibat rentetan tembakan itu. Umat pun membakar kios di sekitar lokasi. Namun, api rupanya merembet ke mushala yang dijadikan tempat Shalat Id.

Namun, Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Suharsono menegaskan, tembakan ke arah umat GIDI dilakukan karena mereka tak mengindahkan halauan petugas untuk pergi dari sekitar mushala. Polisi telah menghalau massa yang meneriakkan pernyataan bernada provokatif. Namun, massa tidak menurut.

Polisi pun menembakan tembakan peringatan hingga akhirnya melepaskan tembakan ke tanah. Seorang remaja meninggal dunia akibat terkena luka tembak. Sementara 11 orang lain mengalami luka-luka, sebagian besar di antaranya mengalami luka tembak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com