JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy akan berkoordinasi dengan Badan Intelijen Negara, Kepolisian, dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris mengenai informasi dugaan keterlibatan pilot Indonesia dalam gerakan Negara Islam Irak Suriah ( ISIS). Tedjo akan mengecek kebenaran informasi tersebut.
"Belum dapat informasi, nanti kalau dapat informasi yang benar kita ini, nanti saya akan bicara dengan BIN, kepolisian, BNPT dan sebagainya," kata Tedjo di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya mencegah agar paham radikalisme ISIS tidak berkembang di dalam negeri. Selaku Menko Polhukam, Tedjo akan terus memonitor setiap informasi terkait ISIS.
"Harus kita antisipasi masalah paham ISIS. Terus bekerjasama dengan BNPT dan BIN kepolisian, kita monitor, dan pihak Imigrasi. Jangan sampai paham ISIS berkembang di Indonesia. Kalau ada informasi kita akan tangani," kata dia.
Pihak berwenang Australia yakin, dua pilot Indonesia dapat menimbulkan ancaman keamanan setelah diradikalisasi kelompok ISIS. Sebuah dokumen intelijen yang bocor yang diperoleh sebuah situs web investigasi membeberkan hal itu, meskipun para pejabat Australia, Kamis (9/7/2015), menolak untuk mengkonfirmasi kebenaran laporan tersebut.
"Operational Intelligence Report" Polisi Federal Australia, yang dipublikasikan secara online oleh situs web investigasi The Intercept, mengatakan kedua pilot itu "kemungkinan karyawan" maskapai penerbangan AirAsia dan Premiair dan telah menjadi perhatian polisi negara itu lewat halaman Facebook kedua orang tersebut.
Laporan itu mengatakan, posting-an kedua orang itu "disimpulkan sebagai dukungan bagi (kelompok) Negara Islam (atau ISIS)". (baca: Dua Pilot Indonesia Diduga Teradikalisasi ISIS)
"Setelah meninjau isi kedua akun itu, dinilai bahwa orang-orang itu kemungkinan telah dipengaruhi oleh unsur-unsur radikal, setidaknya dari dunia maya, dan sebagai hasilnya, (mereka) dapat menimbulkan ancaman keamanan," kata laporan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.