Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menag Minta Masyarakat Arif jika Penetapan 1 Syawal Berbeda

Kompas.com - 06/07/2015, 13:14 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, penetapan 1 Syawal 1436 H berpotensi kembali berbeda. Namun, Lukman meminta agar perbedaan itu disikapi dengan tindakan saling menghargai.

"Tentu sebagai sebuah kemungkinan, kemungkinan ke arah sana terbuka. Walau demikian, bagaimanapun, kita harus menunggu sidang isbat," ujar Lukman di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/7/2015).

Lukman mengaku tetap mengharapkan agar semua umat Islam di Indonesia bisa memiliki kesamaan pandangan dalam memasuki hari raya Idul Fitri. Namun, kalaupun ada perbedaan, Lukman meminta agar perbedaan itu disikapi dengan arif.

"Kita harus menyikapi dengan arif dan bijaksana karena tentu perbedaan masing-masing memiliki landasan penjelasan masing-masing," kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.

Untuk menjaga keharmonisan dalam perbedaan itu, Lukman mengaku terus menjalin komunikasi dengan semua organisasi masyarakat hingga para ulama.

"Bagaimana kita menyamakan cara pandang kita," imbuh dia.

Penetapan Lebaran atau hari raya Idul Fitri 2015 berpotensi berbeda antara organisasi kemasyarakatan Islam yang satu dan yang lain ataupun dengan pemerintah. Hal itu disebabkan oleh perbedaan dalam penetapan tanggal 1 Syawal 1436 H yang merupakan hari raya Idul Fitri setelah berakhirnya bulan Ramadhan. (Baca: PBNU: Lebaran 2015 Berpotensi Berbeda)

Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU Nahari Muslih di Jakarta, Rabu (1/7/2015) malam, mengatakan, posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat diadakan rukyatulhilal (pengamatan terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat.

"Posisi hilal sangat tipis, hanya tiga derajat. Oleh karena itu, ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatulhilal pada posisi seperti itu. Sementara itu, yang berpatokan pada hisab (hitungan) menetapkan standar berbeda-beda, seperti Muhammadiyah dan Persis," ujar Nahari Muslih seperti dikutip Antara.

Muhammadiyah telah memutuskan bahwa tanggal 1 Syawal 1436 H jatuh pada hari Jumat (17/7/2015). Dengan demikian, menurut Muhammadiyah, bulan Ramadhan tahun ini hanya 29 hari.

Sementara itu, NU, seperti biasanya, mendasarkan penetapan 1 Syawal pada rukyatulhilal. Meski hitungan 1 Syawal 1436 H di dalam penanggalan NU jatuh pada 17 Juli, tanggal itu tidak serta-merta ditetapkan sebagai hari raya Idul Fitri.

Tidak tertutup kemungkinan, NU menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com