Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Staf Khusus Presiden

Kompas.com - 03/06/2015, 15:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Sejarah kantor Presiden Republik Indonesia memang banyak dikerubungi oleh pembisik atau orang-orang yang berupaya menjadi pembisik untuk berbagai maksud dan agenda. Orang-orang mengatakan hal ini sangat menonjol di masa Presiden Abdurrahman Wahid.

Kalimat tersebut di atas berasal dari buku Dino Patti Djalal, staf khusus presiden masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004 sampai 2014) yang kemudian menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat dan selanjutnya menjadi wakil menteri luar negeri (menjelang berakhirnya pemerintahan SBY).

Menurut Dino, hal itu (kerumunan orang-orang dekat presiden di istana) tidak hanya terjadi di Indonesia. Kata Dino, banyak yang dianggap terlalu dipengaruhi pembisik atau "durna-durna".

Di Tiongkok, misalnya, Mao Zedong di akhir masa berkuasanya banyak dipengaruhi kelompok terkenal yang dinamakan "Gang of Four" atau kelompok empat.

Di Malaysia, kata Dino, kedekatan hubungan Perdana Menteri Abdullah Badawi (2003-2009) dengan menantunya, Khairy Jamaluddin, tokoh muda brilian dalam UMNO Youth (Kelompok Muda Partai Melayu Bersatu yang berkuasa di Malaysia), menjadi isu sangat hangat dalam pemilu masa lalu di negeri jiran itu.

Pada awal Orde Baru, Presiden (waktu itu) Soeharto juga membentuk kelompok Asisten Pribadi (Aspri). Nama terkenal para Aspri ini adalah Mayjen Ali Murtopo, May-jen Sudjono Humardhani, dan Letjen Suryo. Para pengecam Orde Baru banyak melancarkan kritik terhadap kelompok ini. Soeharto menanggapi kritik terhadap kelompok Aspri ini dengan berbagai cara, antara lain dengan menerbitkan buku.

Di masa pemerintahan SBY, Dino juga menjelaskan tentang kelompok staf khusus presiden dengan menulis buku. Agak sedikit keseleo ketika Dino menjelaskan dan membela SBY dalam hal ini. "Presiden Soekarno pernah mengatakan bahwa jabatan Presiden adalah jabatan paling sepi di dunia karena tugas seorang presiden otomatis mengharuskan dia untuk duduk sendiri di puncak kekuasaan. Saya tidak pernah melihat SBY merasa kesepian, namun saya yakin berapa banyak pun orang-orang yang mengerumuni Presiden di lingkaran dalam, tengah dan luar, SBY tahu bahwa yang paling perlu didengar dan dituruti adalah suara hati beliau sendiri," kata Dino dalam bukunya, Harus Bisa-Seni Memimpin a la SBY.

Dino lupa kesepian adalah manusiawi, bahkan mungkin sekali sebagai anugerah dari Allah yang mahakuasa. Hanya robot atau barang mati yang tidak punya rasa kesepian.

Membela atau memuji atasan seumpama gula atau manisan bagi manusia. Jika tidak cerdas, gula bisa membuat orang diabetes.

Bagaimana orang-orang yang berkerumun di dalam istana saat ini? Masih dalam pengamatan dan penelitian. (J OSDAR)

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Juni 2015 dengan judul "Para Staf Khusus Presiden".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com