JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog Universitas Indonesia, Meuthia Ganie Rohman menilai, masih banyaknya aksi korupsi di Indonesia bukan disebabkan karena tidak cakapnya aparat penegak hukum dalam menangani kasus tersebut. Namun, korupsi masih ada karena buruknya sifat individu itu sendiri.
"Korupsi disebabkan adanya karakter atau moral buruk dari individu yang berada dalam organisasi," kata Meuthia saat diskusi Ngobrol Pintar (Ngopi) bertajuk "Melawan Kultur Kerja yang Korup" di Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Menurut Meuthia, banyak individu yang baru saja masuk ke dalam sebuah organisasi, perusahaan maupun kementerian dan lembaga, mereka tak dapat menyesuaikan diri dengan budaya positif yang ada di dalam tempat tersebut. Selain itu, ia menambahkan, ada kecenderungan individu takut dengan atasan.
Sehingga, ketika atasan mereka memerintahkan untuk melakukan hal negatif seperti korupsi, mereka akan menurutinya. "Perspektif mikro dengan demikian melihat juga pengaruh luar atas individu yang melakukan korupsi atau pelanggaran," kata dia.
Sementara itu, dosen komunikasi Universitas Bakrie, Ahmad Ramdani mengatakan, korupsi berawal dari pola pikir individu itu sendiri yang ingin melakukan suatu tindakan yang salah. Sehingga, ketika mereka sudah terbiasa melakukan kesalahan tersebut, tanpa mereka sadari pola pikir mereka telah terkontaminasi.
"Mindset itu kemudian berubah menjadi kebiasaan atau kebudayaan untuk melakukan hal yang salah," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.