JAKARTA, KOMPAS.com -- Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo mengimbau para guru untuk mewaspadai kemungkinan masuknya paham radikalisme melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut dia, kegiatan ekstrakurikuler rawan disusupi ideologi maupun aliran yang melenceng.
"Waspada perlu kita lakukan. Karena saya prihatin, sering kali diingatkan bahwa aktivitas-aktivitas keagamaan di kampus, di sekolah itu bisa menjadi media untuk masuknya ideologi maupun aliran-aliran yang bsia mengarah kepada hal-hal yang tidak baik," kata Sulistyo di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (19/3/2015).
Untuk mencegah hal tersebut, PB PGRI dalam waktu dekat akan berbicara dengan PGRI tingkat provinsi. Sebagai organisasi guru, PGRI berkewajiban untuk membimbing siswa agar hal yang tidak diinginkan tidak masuk lingkungan sekolah.
Diakui Sulistyo, pencegahan terhadap masuknya paham radikalisme melalui institusi pendidikan masih lemah. "Dalam berbagai bidang termasuk hal-hal seperti itu lemah kita di hal preventif karena kita sering hanya seperti pemadam kebakaran dalam beberapa peristiwa," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyampaikan bahwa ISIS cenderung merekrut anak di bawah umur untuk mempertahankan organisasi mereka dalam jangka panjang. Pemikiran anak-anak yang masih polos menjadi keuntungan bagi ISIS untuk mencuci otak mereka.
Anak-anak, khususnya laki-laki, selama ini dianggap gemar bermain game peperangan dengan menggunakan konsol video game. Oleh karena itu ISIS diduga menawarkan pengalaman baru dengan membawa game yang mereka gemari ke kehidupan nyata. (Baca: BNPT: Rekrut Anak-anak, ISIS Tawarkan "Main Video Game" secara Nyata)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.