Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Tunda Eksekusi Mati, Pemerintah Seakan Tak Punya Harga Diri

Kompas.com - 20/02/2015, 23:01 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Hukum Tata Negara Margarito Kamis menyayangkan langkah pemerintah yang menunda pelaksanaan eksekusi mati terhadap dua terpidana asal Australia, Andrew Chan (31) dan Myuran Sukumaran (33). Penundaan eksekusi ini diduga karena ada tekanan Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia. Menurut Margarito, penundaan eksekusi ini seakan menunjukkan Indonesia tak punya harga diri.

"Kita tidak tampak seperti punya harga diri. Baru seperti itu kita sudah enggak melaksanakan eksekusi," kata Margarito, di Kompleks Parlemen, Jumat (20/2/2015).

Margarito mengatakan, Presiden Joko Widodo seharusnya membuktikan komitmennya bahwa tak akan ada kompromi terhadap terpidana mati kasus narkoba. 

"Presiden sudah bilang berapa banyak orang yang mati akibat kasus narkoba ini. Penerapan hukuman itu adalah salah satu cara untuk membersihkan bangsa ini dari narkoba dan itu masuk akal," katanya.

Lebih jauh, menurut dia, penundaan ini bisa memengaruhi hubungan antara Indonesia dengan Brazil dan Belanda. Sebelumnya, pemerintah kedua negara itu pernah meminta Indonesia membatalkan eksekusi dan memohon pengampunan bagi dua warganya, namun permintaan itu ditolak.  

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan, pemerintah seharusnya tidak ragu mengksekusi terpidana mati. 

"Saya berharap penundaan pelaksanaan hukuman mati bagi dua bandar Australia ini murni karena persoalan teknis, bukan karena tekanan," kata politisi Golkar itu dalam keterangannya.

Seperti diberitakan, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mendesak, pemerintah Indonesia membatalkan hukuman mati terhadap dua warga negaranya. Ia meminta Indonesia mengingat kontribusi besar Canberra dalam bantuan setelah tsunami dahsyat tahun 2004. 

Indonesia telah menegaskan bahwa dua warga Australia, Andrew Chan (31) dan Myuran Sukumaran (33), akan berada di antara kelompok narapidana berikutnya yang akan menghadapi regu tembak.

Belakangan, Tony Abbott mengatakan, pernyataannya yang mengaitkan bantuan Australia saat terjadi tsunami di Indonesia dengan permohonan pembatalan eksekusi terpidana mati "Bali Nine" hanya merupakan "peringatan" dan bukan suatu "ancaman".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sikap Politik PKS di Dalam atau Luar Pemerintah Ditentukan Majelis Syuro Bulan Depan

Sikap Politik PKS di Dalam atau Luar Pemerintah Ditentukan Majelis Syuro Bulan Depan

Nasional
Penembak Danramil Aradide Diketahui Sudah Bergabung ke OPM Kelompok Osea Satu Boma Setahun

Penembak Danramil Aradide Diketahui Sudah Bergabung ke OPM Kelompok Osea Satu Boma Setahun

Nasional
Disebut Bakal Jadi Dewan Pertimbangan Agung, Jokowi: Saya Masih Jadi Presiden Sampai 6 Bulan Lagi Lho

Disebut Bakal Jadi Dewan Pertimbangan Agung, Jokowi: Saya Masih Jadi Presiden Sampai 6 Bulan Lagi Lho

Nasional
Menkes Sebut Tak Ada Penghapusan Kelas BPJS, Hanya Standarnya Disederhanakan

Menkes Sebut Tak Ada Penghapusan Kelas BPJS, Hanya Standarnya Disederhanakan

Nasional
Baleg Rapat Pleno Revisi UU Kementerian Negara Siang Ini, Mardani: Kaget, Dapat Undangan Kemarin

Baleg Rapat Pleno Revisi UU Kementerian Negara Siang Ini, Mardani: Kaget, Dapat Undangan Kemarin

Nasional
Jokowi Bakal Gelar Rapat Evaluasi Bea Cukai

Jokowi Bakal Gelar Rapat Evaluasi Bea Cukai

Nasional
Kerajaan Arab Saudi Sampaikan Belasungkawa untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Kerajaan Arab Saudi Sampaikan Belasungkawa untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Nasional
Mendefinisikan Ulang Mudik untuk Manajemen di 2025

Mendefinisikan Ulang Mudik untuk Manajemen di 2025

Nasional
Saat Anwar Usman Kembali Dilaporkan ke MKMK, Persoalan Etik yang Berulang...

Saat Anwar Usman Kembali Dilaporkan ke MKMK, Persoalan Etik yang Berulang...

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro di Sultra, Telan Biaya Rp 1,57 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro di Sultra, Telan Biaya Rp 1,57 Triliun

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Indonesia Boleh Berziarah ke Makam Rasulullah

Kemenag: Jemaah Haji Indonesia Boleh Berziarah ke Makam Rasulullah

Nasional
Ingatkan soal Krisis Air, Jokowi: Jangan Biarkan Air Terus Mengalir ke Laut dan Tidak Dimanfaatkan

Ingatkan soal Krisis Air, Jokowi: Jangan Biarkan Air Terus Mengalir ke Laut dan Tidak Dimanfaatkan

Nasional
Korban Banjir Bandang Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Hilang, 37 Luka-luka

Korban Banjir Bandang Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Hilang, 37 Luka-luka

Nasional
Sita Mobil Mercedes-Benz Terkait Kasus TPPU SYL, KPK: Kepemilikannya Dipindahtangankan

Sita Mobil Mercedes-Benz Terkait Kasus TPPU SYL, KPK: Kepemilikannya Dipindahtangankan

Nasional
Prabowo Ajak Gibran Bertemu Presiden MBZ

Prabowo Ajak Gibran Bertemu Presiden MBZ

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com