Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 17 Korban Kapal Oryong Ditemukan

Kompas.com - 18/12/2014, 15:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa hingga saat ini sudah ditemukan 17 orang dari 35 orang anak buah kapal asal Indonesia yang menjadi korban tenggelamnya Kapal Oryong-501 milik Korea Selatan di Selat Bering, Rusia.

"Dari 35 ABK Indonesia, sudah ada 17 orang yang ditemukan, 14 di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dan tiga orang selamat. Sementara itu, 18 orang lainnya masih dalam pencarian," kata Plh Direktur Jenderal Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Kamis (18/12/2014).

Menurut dia, Pemerintah Korea Selatan masih terus melakukan pencarian para korban Kapal Oryong-501, namun proses pencarian terkendala cuaca buruk sehingga masa pencarian akan diperpanjang.

"Pihak Korea Selatan awalnya menetapkan masa pencarian cuma tiga hari tetapi karena cuacanya buruk, mereka memutuskan untuk memperpanjang masa pencarian," ujar dia.

"Namun, masa pencarian ini diberlakukan sampai kapan, hal itu akan dibahas kembali antara pihak Korsel dan Indonesia," lanjut Iqbal.

Iqbal menyebutkan bahwa wilayah pencarian para korban Kapal Oryong-501 juga diperluas dan armada tim penyelamat juga ditambah. Pencarian itu juga melibatkan pemerintah Rusia dan Amerika Serikat dengan menggunakan 15 kapal laut dan satu pesawat.

"Sebetulnya wilayah pencarian diperluas. Selain itu, ada 15 kapal dan satu pesawat yang dikerahkan dalam proses pencarian, dari sebelumnya cuma lima kapal,"kata dia.

Dia juga menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi pun telah bertemu dengan pemimpin perusahaan operator kapal Oryong 50.

"Dalam pertemuan dengan Sojo Industries, Menlu mendukung perpanjangan masa pencarian. Menlu juga meminta agar para ABK yang menjadi korban, baik yang telah meninggal maupun masih hidup, diberikan perlakukan yang sebaik-baiknya," ucap Iqbal.

Ia mengatakan perwakilan dari Direktorat PWNI-BHI Kemlu juga telah mengunjungi keluarga para ABK Indonesia yang menjadi korban, untuk memberitahu perkembangan terakhir dan menyampaikan tentang hak-hak yang harus diterima oleh keluarga korban.

Menurut dia, keluarga korban akan menerima asuransi terkait kecelakaan tersebut, namun belum diketahui nilai asuransi yang akan diterima.

"Semua keluarga dari 35 ABK ini sudah didatangi. Pihak keluarga korban terus diberitahu perkembangan terakhir. Kami juga telah menyampaikan kompensasi yang akan mereka terima," ungkap dia.

"Selain itu, untuk korban tewas kami meminta agar dapat segera dipulangkan jenazahnya," kata Iqbal.

Kapal Oryong-501 dilaporkan karam di Selat Bering, Rusia, pada 1 Desember 2014 sekitar pukul 12.00 WIB. Selain 35 WNI, ada beberapa ABK lain asal Korsel, Filipina dan Rusia. Total ABK di dalam kapal itu adalah 60 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com