Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Alam di Bulan Desember

Kompas.com - 16/12/2014, 13:59 WIB


KOMPAS.com - Sabtu pagi, 25 Desember 2004, atau 10 tahun lalu, Presiden (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono tiba di Nabire, Papua. Bersama beberapa menteri kabinetnya, SBY meninjau dan memberikan bantuan kepada penduduk setempat yang beberapa pekan sebelumnya terkena musibah gempa bumi.

Di Nabire, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidur malam di tenda. Hari itu masyarakat yang beragama Kristen merayakan Natal. Pagi harinya, Minggu, 26 Desember 2004, SBY dan Ny Ani terbang ke Jayapura, Papua, untuk merayakan Natal Nasional di tempat itu.

Hari itu juga rombongan Presiden Yudhoyono menerima kabar terjadinya bencana alam dan gelombang tsunami yang menimpa Aceh dan beberapa wilayah di Sumatera.

Minggu malam itu, setelah menghadiri perayaan Natal, SBY menggelar rapat untuk melakukan tindakan menghadapi bencana alam di Aceh tersebut. Dalam rapat itu, SBY memutuskan untuk terbang langsung dari Jayapura (Papua) ke Aceh.

Beberapa pertimbangan mengemuka sebelum diputuskan penerbangan langsung dari Jayapura ke Aceh. Hal yang dipertimbangkan, antara lain, apakah kedatangan rombongan presiden ke tempat musibah besar ini justru akan merepotkan petugas di lapangan atau tidak? Apakah ada tempat pendaratan untuk presiden di Aceh?

Akhirnya, SBY sebagai presiden mengatakan, "Ini keadaan serius dan bisa menjadi krisis nasional, oleh karena itu saya harus segera ke depan."

Senin pagi, 27 Desember 2004, SBY dan Ny Ani terbang ke Aceh dengan singgah di Makassar dan Batam. Senin sore itu, SBY dan Ny Ani mendarat di Lhokseumawe. Saat tiba di bandar udara, Ny Ani menangis dan dipeluk SBY. Malam itu, SBY tidak tidur untuk merencanakan berbagai tindakan untuk mengatasi musibah itu. Selasa, 28 Desember 2004, SBY berkeliling di wilayah musibah, dan kemudian kembali ke Jakarta.

Tsunami di Aceh ini terjadi hampir dua bulan setelah SBY dilantik menjadi presiden dengan wakilnya (Wapres) Jusuf Kalla.

Setelah musibah itu, Indonesia banyak diterpa bencana alam. Sampai-sampai, tokoh masyarakat Betawi yang pernah menjadi anggota DPR pada masa Orde Baru, Ridwan Saidi, menulis buku tentang bencana alam yang dikaitkan dengan SBY.

Sepuluh tahun kemudian, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan istrinya, Ny Iriana, masih dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Jakarta, Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, dikubur oleh longsoran tanah dari Bukit Telagalele. Banyak orang meninggal dunia, banyak rumah atau tempat tinggal terkubur bersama ternak, kendaraan bermotor, jalan raya (infrastruktur), dan harta benda lainnya.

Derita, nestapa, air mata, dan kegelapan menyelimuti Dusun Jemblung. Indonesia dalam nestapa. Bencana dan musibah ini terjadi ketika Presiden tidak di Jakarta. Mirip walau tidak sama (sedikit beda) dengan peristiwa ketika terjadi tsunami sepuluh tahun lalu. Sekadar iseng bisa dicatat, Sabtu, 27 Desember 2014 nanti, Jokowi juga akan menghadiri perayaan Natal Nasional di Sentani, selatan Jayapura, Papua.

Setelah istirahat dua malam di Jakarta, Jokowi dan Ny Iriana terbang ke Cilacap dan datang ke tempat bencana.

Sebelum terbang ke Cilacap, Jawa Tengah, di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (14/12/2014), Jokowi mengatakan, titik rawan tanah longsor bukan hanya satu, dua, tiga, dan empat, tetapi ratusan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Ini artinya, apabila tidak waspada, akan ada rentetan bencana alam.

Mengapa bencana ini terjadi? Mungkin kita bisa bertanya bukan hanya kepada wakil alam ini, yakni rumput bergoyang. Akan tetapi, kita juga bisa tanya pada kampret-kampret yang terbang bersama ratusan lampion di langit Tugu Monas, Jakarta, Senin malam, 20 Oktober 2014 lalu. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Anak SYL Minta Uang ke Pejabat Kementan | DPR dan Pemerintah Diam-diam Revisi UU MK

[POPULER NASIONAL] Anak SYL Minta Uang ke Pejabat Kementan | DPR dan Pemerintah Diam-diam Revisi UU MK

Nasional
Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Nasional
Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Nasional
Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Nasional
Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Nasional
TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Nasional
Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com