Pemeriksaan oleh petugas imigrasi mendapati para pengungsi ini masuk Balikpapan dari Jakarta, dengan menumpang pesawat. “Kami periksa dan mendapat pengakuan seperti itu,” kata Kepala Kantor Imigrasi Sukadar, Kamis.
Pengungsi Afganistan merupakan pencari suaka di bawah perlindungan dan pengawasan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan pengungsi, dibuktikan dengan dokumen UNHCR Asylum Seeker Certificate yang diterbitkan UNHCR.
Para pengungsi Afganisan ini berada di Indonesia sembari menanti penempatan ke negara yang sedia menampung. “Biasanya ke Australia,” kata Sukadar. Dalam UNHCR Asylum Seeker Certificate tertulis pengungsi tidak bisa menggunakan angkutan dan moda umum untuk berpindah lokasi kecuali berada dalam pengawasan keimigrasian Indonesia.
Pada April 2014, pemerintah melalui surat edaran Direktorat Jenderal Imigrasi pada lima maskapai penerbangan, Garuda Indonesia, Lion Air, Air Asia, Sriwijaya Air, dan Merpati Indonesia, juga menegaskan imbauan kepada para maskapai untuk tidak membiarkan pengungsi menumpang pesawat.
Sukadar mengatakan, seharusnya tidak terjadi lagi penumpang tanpa identitas lengkap bisa menumpang pesawat. Hal ini demi menghindari hal-hal yang tidak inginkan, di antaranya pembajakan. Karenanya Sukadar mengaku heran masih saja terjadi pengungsi yang bisa berpindah dengan menggunakan pesawat.
“Seharusnya tidak bisa, kecuali dengan pengawalan (kantor imigrasi). Pesawat dan angkutan apapun memiliki aturan ketat, seperti paspor dan dokumen lain. Tetapi kenapa bisa. Paspor saja tidak ada mereka ini,” kata Sukadar.
Sementara itu, salah seorang pengungsi bernama Naimatllulah mengungkapkan, dia datang bersama delapan orang sesama warga Afganistan. Mereka tiba dengan menumpang pesawat dari maskapai penerbangan resmi Indonesia. Tidak diketahui bagaimana kesembilan orang ini bisa menumpang pesawat.
“(Dari) Kabul, ke India, ke Kuala Lumpur Malaysia. Naik boat (perahu bermotor) dari Malaysia ke Indonesia. (Ke Balikpapan) menggunakan pesawat,” kata Naimatllulah dalam bahasa Inggris seadanya. Naimatllulah mengaku meninggalkan Afganistan lantaran konflik berkepanjangan di negaranya.
Pengungsi asal Afganistan menjadi salah satu pengungsi yang mendadak banyak ditemukan di Balikpapan belakangan ini. Sejak September 2014, para pengungsi ini sudah masuk ke Balikpapan. Jumlahnya kini lebih dari 100 orang.
Sekitar 88 pengungsi lebih dulu menempati Rumah Detensi Imigrasi di Kecamatan Lamaru Balikpapan. Kini lebih dari 40 pengungsi tiba di Balikpapan. Mereka masih dalam pendataan untuk penempatan lebih lanjut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.