Perebutan kursi pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) ini membuat lima fraksi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR. Kelima fraksi itu adalah Fraksi PDI-P, F-Nasdem, F-PKB, F-Hanura, dan F-PPP.
Mereka, bahkan, membentuk pimpinan DPR tandingan yang terdiri dari Ketua Ida Fauziah (F-PKB), serta Wakil Ketua Effendi Simbolon (F-PDIP), Dossy Iskandar (Hanura), Syaifullah Tamliha (PPP), dan Supiadin Aries Saputra (Nasdem).
KIH yang memiliki 43,5 persen kursi di parlemen menginginkan pimpinan AKD dibagi secara proporsional sesuai dengan perolehan kursi. Sementara lima fraksi lain yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) tetap menginginkan pimpinan AKD dipilih secara paket.KMP yang dalam pemilu presiden lalu mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, bahkan, sudah mengesahkan pimpinan AKD yang semuanya berasal dari fraksi-fraksi anggota KMP.
KIH pun tidak mau kalah. Selasa (4/11), saat fraksi anggota KMP mengikuti rapat paripurna pengesahan mitra kerja AKD, KIH juga menggelar rapat paripurna pembentukan AKD. Tempat rapat mereka bukan di ruang paripurna, tetapi di Ruang Badan Musyawarah DPR.
Dalam dua rapat paripurna itu muncul keluhan sebagian anggota DPR, baik dari KIH maupun KMP, tentang kondisi mereka yang belum dapat bekerja optimal hingga saat ini.
Anggota DPR dari F-PKB yang mengikuti rapat paripurna KIH, Lukman Edy, meminta DPR menjelaskan kepada masyarakat dan pemerintah terkait dualisme di parlemen.
Sementara itu, anggota F-Partai Demokrat yang mengikuti rapat paripurna yang digelar KMP, Ruhut Sitompul, mempertanyakan sampai kapan DPR akan memakan gaji buta. ”Satu bulan lima hari, kita makan gaji buta,” katanya.
Ruhut lalu meminta kerendahan hati seluruh anggota DPR untuk mengakhiri polemik.
”Kita sudah jadi tontonan masyarakat. Apa tidak bisa masalah ini dimusyawarahkan?” tanya dia.
Anggota F-PAN, Anang Hermansyah, tidak mau ketinggalan. Penyanyi yang baru kali pertama menjadi anggota DPR itu pun menyampaikan kegundahannya. Ia meminta pimpinan kembali menggelar rapat konsultasi agar polemik di DPR bisa segera diselesaikan. Ini karena sudah banyak kolega yang menanyakan persoalan DPR, termasuk anaknya.
”Anak saya yang (usianya) 15 tahun tanya, kok DPR ribut-ribut terus. Kapan Pipi kerja?” tutur Anang menirukan anaknya. Pipi merupakan panggilan anak Anang untuk ayahnya.
Pertanyaan anak Anang itu kemungkinan juga menjadi pertanyaan rakyat yang telah memberikan mandat. Termasuk juga kolega dan kerabat, bahkan anak dan istri/suami para anggota DPR. Bisa jadi mereka juga bertanya, 'kapan Pipi (ayah)-ku kerja?' (NTA/IAN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.