Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kediaman dan Ruang Kerja Pun Bisa Menentukan Kinerja Pemerintahan

Kompas.com - 12/10/2014, 16:29 WIB

KOMPAS.com
- Rumah adalah "istana" bagi seisi keluarga. Kantor adalah juga ruang berkarya dari komitmen bersama. Dari rumah dan kantor, presiden dan wapres terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla seharusnya dapat memulai karyanya menentukan nasib dan perjalanan bangsa lima tahun mendatang. Begitulah, setelah dilantik MPR sebagai Presiden ketujuh pada 20 Oktober mendatang, selain blusukan di lorong-lorong dan sudut-sudut wilayah di Indonesia, Jokowi akan tinggal di Istana dan bekerja di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta.

Ruang kerja yang dipakai Jokowi boleh jadi ruangan yang kini masih dipakai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua periode tahun 2004-2009 dan 2009-2014. Letak ruangan kerja itu ada di lantai bawah di sebelah selatan bangunan dua lantai di kompleks Istana, yang berlokasi di sisi timur antara Istana Merdeka dan Istana Negara.

Kantor itu sebelumnya pernah disiapkan Ketua Umum DPP PDI-P, yang juga Presiden Megawati Soekarnoputri, untuk bekerja jika terpilih kembali pada pemilu presiden (pilpres) langsung pertama di Indonesia tahun 2004. Namun, Megawati yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi kalah dalam dua putaran sehingga tak merasakan kantor barunya.

Megawati memimpin sejak 2001 hingga 2004 setelah Presiden Abdurrahman Wahid dijatuhkan MPR. Meskipun tak mencicipi kantor barunya, Megawati akan melihat kadernya, Jokowi, dapat menempatinya setelah terpilih pada Pilpres 9 Juli.

Selain memanfaatkan fasilitas negara, pilihan tinggal di Istana tentu pilihan Jokowi untuk menjalankan pemerintahan di tengah menumpuknya persoalan. Tempat tinggal di Istana diharapkan memudahkan pengendalian pemerintahan secara efektif. Hasilnya pun diharapkan jauh lebih konkret sesuai janji kampanyenya, tanpa harus direcoki urusan macet dan segala macam eksesnya, seperti insiden kecelakaan lalu lintas di Tol Cibubur, November 2004, yang dialami SBY.

Jokowi dan keluarga akan tinggal bersama sehingga rumah dengan kantornya satu kompleks. Meskipun harus blusukan, iring-iringannya tak akan menambah beban kemacetan. Meskipun sudah dipangkas, boleh jadi relatif masih panjang karena pertimbangan keamanan. Jangan heran, iring-iringan presiden/wapres dan pejabat lainnya tetap dinilai mengganggu perjalanan warga meskipun diakui adanya penghormatan.

Namun, belum diketahui apakah mantan Wali Kota Solo itu—yang tak punya rumah di Jakarta setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2,5 tahun lalu—akan menjadikan Istana Merdeka, yang letaknya menghadap Monumen Nasional (Monas), sebagai rumah dinas. Atau, justru di Istana Negara, yang lokasinya di belakang Istana Merdeka menghadap Jalan Juanda.

Simbol kekuasaan

Istana Merdeka pernah dipakai sebagai kantor dan rumah mendiang Presiden Soekarno sebelum tinggal di Istana Bogor. Seusai Proklamasi, Soekarno dan keluarganya menetap di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Namun, kemudian mengungsi ke Istana Yogyakarta akibat agresi Belanda. Sehari setelah penyerahan kedaulatan Belanda, Desember 1949, Soekarno dan keluarga baru menetap di Istana Merdeka (waktu itu disebut Istana Gambir). Dari Istana itulah Soekarno membentuk Indonesia dalam jatuh dan bangun.

Namun, penggantinya, Jenderal Soeharto, yang diangkat sebagai pejabat Presiden setelah Sidang Istimewa MPR, ogah tinggal di Istana yang menyimpan banyak kenangan Soekarno. Baru Abdurrahman Wahid dan SBY yang tinggal di rumah kenangan Soekarno. Sejak dipilih hingga jatuh, Gus Dur menggunakan Istana Merdeka sebagai rumah dan Binagraha sebagai kantor. Meski tinggal 1,5 tahun di Istana Merdeka, SBY kemudian pindah ke Istana Negara. Alasannya, waktu itu atap Istana kropos sehingga harus direnovasi. Walaupun diperbaiki, SBY tetap menetap di Istana Negara sejak 2006 hingga tugasnya berakhir sembilan hari lagi.

Soeharto sejak awal jabatannya tinggal di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta, hingga berhenti setelah berkuasa 32 tahun sejak 1967-1998. Namun, sebagai penguasa militer, dari rumahnya yang sejuk di lingkungan elite, Soeharto menunjukkan rumah "cendana"-nya sebagai simbol kekuasaan.

Soeharto berkantor di salah satu sudut belakang Istana Merdeka. Namun, setelah Binagraha dibangun Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo, Soeharto pindah. Binagraha terletak di belakang atau sebelah timur Istana Negara, yang dulunya tempat tinggal priayi Eropa (dikenal dengan Istana Rijswijk). Tempat kerja Soeharto kemudian juga menjadi simbol kekuasaan.

Meski berkantor di Binagraha, Presiden BJ Habibie juga tak tinggal di Istana. Ia memilih rumahnya di Jalan Raya Kuningan sehingga dalam perjalanannya Habibie kerap melintasi aksi demo mahasiswa yang menuntutnya mundur di tengah gejolak reformasi. Demikian pula Megawati, Wapres yang diangkat menggantikan Gus Dur, hanya berkantor di Istana Negara. Meskipun Istana dan halamannya menjadi tempat bermain dan sekolah, putri kedua Bung Karno itu tak mau mengenangnya dan justru memilih rumahnya di Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan, atau di Jalan Teuku Umar No 33, Menteng sebagai tempat tinggalnyta.

Adapun Yudhoyono memutuskan tinggal di Istana agar bisa bekerja lebih efektif meski adakalanya saat akhir pekan pulang ke rumahnya di Puri Indah Cikeas, Bogor.

Lebih cepat lebih baik

Sebaliknya, setelah pelantikan, JK tak sepenuhnya berkantor, seperti saat jadi Wapres 2004-2009 mendampingi SBY, di Istana Wapres di Jalan Medan Merdeka Selatan. Atas permintaan Jokowi, JK akan berkantor di bekas kantor Dewan Pertimbangan Agung, yang satu kompleks dengan kantor SBY saat ini. Kantor yang pintu masuknya dari Jalan Veteran inilah yang sejak awal direncanakan SBY dan JK saat menjadi presiden dan wapres

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Basuki Bakal Putus Status Tanah IKN Usai Jadi Plt Kepala Otorita, Mau Dijual atau Disewakan

Basuki Bakal Putus Status Tanah IKN Usai Jadi Plt Kepala Otorita, Mau Dijual atau Disewakan

Nasional
Pemerintah Lanjutkan Bantuan Pangan Beras, tapi Tak Sampai Desember

Pemerintah Lanjutkan Bantuan Pangan Beras, tapi Tak Sampai Desember

Nasional
Saksi Sebut Penyidik KPK Sita Uang Miliaran Usai Geledah Kamar SYL

Saksi Sebut Penyidik KPK Sita Uang Miliaran Usai Geledah Kamar SYL

Nasional
PAN Tak Masalah Tim Sinkronisasi Prabowo Hanya Diisi Orang Gerindra

PAN Tak Masalah Tim Sinkronisasi Prabowo Hanya Diisi Orang Gerindra

Nasional
Istana Sebut Wakil Kepala Otorita IKN Sudah Lama Ingin Mundur

Istana Sebut Wakil Kepala Otorita IKN Sudah Lama Ingin Mundur

Nasional
Bambang Susantono Tak Jelaskan Alasan Mundur dari Kepala Otorita IKN

Bambang Susantono Tak Jelaskan Alasan Mundur dari Kepala Otorita IKN

Nasional
Soal Tim Sinkronisasi Prabowo, PAN: Itu Sifatnya Internal Gerindra, Bukan Koalisi Indonesia Maju

Soal Tim Sinkronisasi Prabowo, PAN: Itu Sifatnya Internal Gerindra, Bukan Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': 58,7 Persen Responden Anggap Penambahan Kementerian Berpotensi Tumpang-Tindih

Survei Litbang "Kompas": 58,7 Persen Responden Anggap Penambahan Kementerian Berpotensi Tumpang-Tindih

Nasional
Survei Litbang “Kompas”: Jumlah Kementerian Era Jokowi Dianggap Sudah Ideal

Survei Litbang “Kompas”: Jumlah Kementerian Era Jokowi Dianggap Sudah Ideal

Nasional
Gus Yahya Sebut PBNU Siap Kelola Tambang dari Negara

Gus Yahya Sebut PBNU Siap Kelola Tambang dari Negara

Nasional
Jokowi Tunjuk Basuki Hadimuljono Jadi Plt Kepala Otorita IKN

Jokowi Tunjuk Basuki Hadimuljono Jadi Plt Kepala Otorita IKN

Nasional
Pengamat: Anies Bisa Ditinggalkan Pemilihnya jika Terima Usungan PDI-P

Pengamat: Anies Bisa Ditinggalkan Pemilihnya jika Terima Usungan PDI-P

Nasional
Hadiri Kuliah Umum di UI, Hasto Duduk Berjejer dengan Rocky Gerung dan Novel Baswedan

Hadiri Kuliah Umum di UI, Hasto Duduk Berjejer dengan Rocky Gerung dan Novel Baswedan

Nasional
Survei Litbang “Kompas”: 34 Persen Responden Setuju Kementerian Ditambah

Survei Litbang “Kompas”: 34 Persen Responden Setuju Kementerian Ditambah

Nasional
Putusan MA: Lukai Akal dan Kecerdasan

Putusan MA: Lukai Akal dan Kecerdasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com