Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekrutmen Parpol dan PNS Jadi Titik Rawan Korupsi yang Perlu Dibenahi

Kompas.com - 07/10/2014, 18:59 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan anggota DPD I Wayan Sudirta yang juga merupakan salah satu calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi mengatakan, ada beberapa titik rawan korupsi yang harus dibenahi oleh pimpinan KPK selanjutnya. Saat ini, panitia seleksi tengah mencari komisioner KPK pengganti Busyro Muqoddas yang masa jabatannya berakhir pada Desember 2014.

Menurut Wayan, banyaknya kader partai politik yang dijerat KPK menunjukkan lemahnya sistem rekrutmen partai terhadap anggotanya. Oleh karena itu, kata Wayan, sistem perekrutan anggota legislatif harus benar-benar diawasi agar tidak dimasuki orang-orang yang memiliki kepentingan.

"Kalau mau berantas korupsi, urus parpolnya, bagaimana rekrument parpol benar, bagaimana orang tidak bawa uang langsung jadi di parpol. Saring, kontrol, hanya itu supaya rekrutmen bagus," ujar Wayan dalam diskusi di Jakarta, Selasa (7/10/2014).

Selain itu, menurut Wayan, yang perlu diwaspadai calon pimpinan KPK selanjutnya adalah kredibilitas pegawai negeri sipil. Ia mengatakan, potensi korupsi dapat terjadi sejak proses rekrutmen calon pegawai negeri sipil yang tidak dilakukan sesuai birokrasi.

"Dimulai dari rekrutmen CPNS, kalau tidak sepakat bagaimana CPNS atau PNS tidak main suap, tidak ada pembayaran saat menduduki jabatan. Birokrasi harus lepas dari kontrol pejabat publik," ujarnya.

Karena itu, Wayan menganggap perlunya ada KPK daerah untuk mengawasi birokrasi dan aparat daerah untuk menekan potensi korupsi di daerah agar lebih mudah terlacak. Ia mengatakan, kualifikasi KPK daerah kelak harus sama dengan apa yang telah diterapkan di KPK pusat.

"Kalau KPK daerah belum bisa dibentuk maka caranya adalah supervisi karena kalau supervisi kepolisian dan kejaksaan belum maksimal," kata Wayan.

Saat ini, panitia seleksi telah meloloskan enam calon pimpinan KPK untuk masuk ke tahap wawancara pada 9 Oktober 2014. Selain Wayan, yang lolos seleksi ke tahapan berikutnya yaitu Busyro Muqoddas, jurnalis dan advokat bernama Ahmad Taufik, Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri Sekretariat Kabinet Robby Arya Brata, Jamin Ginting yang merupakan dosen dan advokat, serta Spesialis Perencanaan dan Anggaran Biro Rencana Keuangan KPK Subagio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Kementerian sejak Era Gus Dur hingga Jokowi, Era Megawati Paling Ramping

Jumlah Kementerian sejak Era Gus Dur hingga Jokowi, Era Megawati Paling Ramping

Nasional
Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektare Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektare Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Nasional
Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com