Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Max: Sebagai Pemimpin, Nurhayati Harus Siap Dikorbankan

Kompas.com - 30/09/2014, 15:55 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menegaskan bahwa peristiwa walk out Fraksi Partai Demokrat di DPR saat sidang paripurna pengesahan RUU Pemilihan Kepala Daerah merupakan tanggung jawab Nurhayati Ali Assegaf selaku ketua fraksi.

Jika memang nanti ada sanksi dari partai terkait masalah walk out itu terhadap Nurhayati, menurut Max, hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab Nurhayati sebagai pemimpin fraksi.

"Kalau memang nanti ada (sanksi), ya itu sebuah tanggung jawab dari pemimpin. Pemimpin adalah pribadi yang siap dikorbankan, itulah filosofi pemimpin. Tidak bisa melepaskan tanggung jawab," kata Max di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (30/9/2014).

Max mengatakan, pengusutan kasus tersebut merupakan masalah internal partai yang belum bisa diungkapkan ke publik. Namun, publik nantinya akan mengetahui hasil akhirnya.

"Toh, nanti akhirnya orang juga akan tahu," ucap Max.

Max menyampaikan bahwa situasi dalam sidang paripurna ketika itu sangat sulit. Fraksi Demokrat sudah lima jam melakukan lobi sebelum Nurhayati mengambil langkah walk out. Menurut dia, pihaknya memperjuangkan opsi agar pilkada dilakukan secara langsung dengan 10 syarat perbaikan.

Mengenai komentar Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang mendesak Nurhayati dan dirinya mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban, Max menganggap hal itu sebagai angin lalu. (Baca: Ruhut: Nurhayati dan Max Aku Sarankan Mundur dari Partai)

"Kalau Ruhut yang berbicara itu, apa Ruhut saja yang berbicara? Siapa yang percaya Ruhut, silakan," kata Max.

Sebelumnya, Nurhayati mengaku memutuskan walk out tanpa ada instruksi dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai pimpinan, ia merasa berhak memutuskan hal itu. (Baca: Nurhayati Mengaku Putuskan F-Demokrat "Walk Out" Tanpa Instruksi SBY)

Dampak dari keputusan tersebut, saat voting, jumlah suara pendukung agar pilkada dilakukan secara langsung pun kalah dibanding kubu Koalisi Merah Putih yang mendukung agar pilkada dilaksanakan oleh DPRD. SBY dan Partai Demokrat lalu dikecam oleh publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com