Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri Akan Laporkan kepada Presiden soal Penolakan RUU Pilkada

Kompas.com - 12/09/2014, 12:16 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi akan melaporkan perkembangan terakhir penolakan RUU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dari berbagai kalangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hingga kini, pemerintah masih menyiapkan dua draf RUU sambil mengikuti perkembangan pembahasan RUU tersebut di Dewan Perwakilan Rakyat.

Gamawan mengaku sebelumnya sudah empat kali melapor ke presiden soal RUU Pilkada, baik dalam rapat kabinet paripurna maupun rapat terbatas soal RUU Pilkada.

"Mudah-mudahan saya minggu ini mempersiapkan dan berbicara dengan presiden. Kami memang menunggu, jangan pemerintah cepat memutuskan, tapi mengganggu DPR," ujar Gamawan di Jakarta, Kamis (11/9/2014).

Presiden SBY belum berkomentar sedikit pun soal kontroversi RUU Pilkada, terutama soal rencana pemilihan kepala daerah lewat DPRD. Gamawan mengaku, Presiden belum mengetahui adanya penolakan kepala daerah atas RUU inisiatif pemerintah itu.

Menurut dia, pembahasan RUU Pilkada yang bermasalah saat ini hanya terkait pasal pilkada langsung atau tidak langsung. Pemerintah saat ini memilih pelaksanaan pemilihan gubernur secara langsung, sementara pemilihan bupati dan wali kota lewat DPRD.

Gamawan menambahkan, pemerintah berpandangan pemilihan bupati dan wali kota cukup dengan pengangkatan oleh DPRD dikarenakan kerap terjadi kerusuhan hingga aksi kekerasan. Kementerian Dalam Negeri mencatat setidaknya sudah ada 75 korban jiwa akibat aksi kerisuhan akibat pemilihan bupati dan wali kota.

Dengan dua opsi itu, pemerintah menyiapkan dua draf RUU dengan persyaratan tambahan.

"Misalnya begini, kalau pemilihan tidak langsung, harus ada uji publik supaya tidak hanya suara partai saja, harus ada penyampaian aspirasi rakyat, dan pemilihannya terbuka," ujar mantan Gubernur Sumatera Barat itu.

Selanjutnya, apabila pilkada tetap secara langsung, pemerintah mensyaratkan adanya penghematan biaya kampanye. Pasalnya, Gamawan menilai sebanyak 283 kepala daerah yang terjerat korupsi disebabkan mahalnya ongkos politik pilkada.

"Harus ada larangan untuk kampanye pengerahan massa yang biayanya besar dan cenderung terjadi konflik. Nah, kami sudah buat formula itu. Nanti setelah mendekati tanggal 25, pembahasan sedang berjalan, kami akan sampaikan itu. Tergantung apa pilihan DPR," papar Gamawan.

Sebelumnya, para bupati dan wali kota yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menolak tegas pilkada oleh DPRD.

Ketua Apeksi GS Vicky Lumentut juga mengingatkan, pilkada langsung yang mulai dilaksanakan pada 2005 sejalan dengan semangat desentralisasi. Pilkada langsung merupakan koreksi terhadap sistem demokrasi tidak langsung sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi 'Online' Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi "Online" Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

Nasional
KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

Nasional
KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

Nasional
Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, 'Jer Basuki Mawa Beyo'

Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, "Jer Basuki Mawa Beyo"

Nasional
KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

Nasional
DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi 'Online'

DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi "Online"

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

Nasional
Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

Nasional
Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

Nasional
Soal Isu Jadi Menlu Prabowo, Meutya Hafid: Hak Prerogatif Presiden Terpilih

Soal Isu Jadi Menlu Prabowo, Meutya Hafid: Hak Prerogatif Presiden Terpilih

Nasional
Benarkan Data Bais Diretas, Kapuspen: Server Dinonaktifkan untuk Penyelidikan

Benarkan Data Bais Diretas, Kapuspen: Server Dinonaktifkan untuk Penyelidikan

Nasional
1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online, PPATK: Agregat Deposit Sampai Rp 25 Miliar

1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online, PPATK: Agregat Deposit Sampai Rp 25 Miliar

Nasional
Kembali Satu Kubu di Pilkada Jakarta 2024, PKS dan Anies Dianggap Saling Ketergantungan

Kembali Satu Kubu di Pilkada Jakarta 2024, PKS dan Anies Dianggap Saling Ketergantungan

Nasional
PDI-P Gabung, Koalisi Anies Disebut Bisa Unggul pada Pilkada Jakarta

PDI-P Gabung, Koalisi Anies Disebut Bisa Unggul pada Pilkada Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com