Tiap kali Ramadhan datang, ada sinetron berjudul "Para Pencari Tuhan" yang disiarkan oleh SCTV untuk teman bersantap sahur. Berkisah tentang orang-orang yang mencari Tuhan dengan caranya masing-masing dalam bingkai Islam. Nah, gara-gara Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater (Oscar) Mahasiswa Baru (Maba) 2014 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, mengangkat tema "Tuhan Membusuk" dengan subtema "Konstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan", itulah, orang-orang menyebut para mahasiswa itu sebagai "Para Pencaci Tuhan".
Dasar anak muda, banyak benar polahnya. Memangnya mereka nggak tahu, menghina sebuah kota saja bisa digelandang ke kantor polisi? Apalagi ini berurusan dengan Tuhan, bisa-bisa mereka berurusan dengan para malaikat. Tulis sebuah komentar di media sosial.
Sebagai mahasiswa jurusan Ushuluddin dan Filsafat, mereka memang terbiasa berpikir merdeka tanpa dibatasi oleh apapun, termasuk dogma agama dan Ketuhanan. Itulah sebabnya, jurusan ini kerap dituduh sebagai sarangnya para mahasiswa atheis, liberal, yang berpikiran liar dan sesat.
Dan ini, sebenarnya tak cuma berlangsung di UIN Sunan Ampel Surabaya saja, tetapi di beberapa UIN jurusan Ushuluddin peristiwa "mengolok-olok" Tuhan juga terjadi. Di Bandung misalnya, mahasiswa jurusan Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Jati Bandung tahun 2004 membuka acara Ospek dengan ucapan, "Selamat datang di area bebas Tuhan," kata seorang pembicara pada video yang telah diunggah di Youtube.
Olok-olok terhadap Tuhan sebetulnya sudah berlangsung sejak lama. "Tuhan sudah mati" (bahasa Jerman: "Gott ist tot") adalah sebuah ungkapan yang banyak dikutip dari Friedrich Nietzsche. Ungkapan ini pertama kali muncul dalam Die fröhliche Wissenschaft, seksi 108 (New Struggles), dalam seksi 125 (The Madman), dan untuk ketiga kalinya dalam seksi 343 (The Meaning of our Cheerfulness). Juga muncul dalam buku klasik Nietzsche Also sprach Zarathustra, yang paling bertanggung jawab dalam memopulerkan ungkapan ini.
Di belakang Nitcshe, masih banyak manusia-manusia yang "kurang ajar" terhadap Tuhan. Trancedo Neves, calon presiden Brazil dengan jumawa mengatakan saat Pemilu tahun 1980, bahwa jika dia memeroleh lebih dari 500 ribu suara, tak akan ada yang bisa melengserkannya dari tahta kepresidenan, termasuk Tuhan. John Lennon mengatakan, dia dan The Beatles lebih terkenal dibanding Tuhan. "Kita lihat, siapa yang lebih dulu tenggelam, Tuhan beserta ajarannya atau the Beatles dengan aliran rick n'rollnya," ucap Lennon kala itu. Arstitek Kapal Titanic, Thomas Andrews, Jr. dengan sombong mengatakan bahkan Tuhan pun tak bisa menenggelamkan kapal yang dibuatnya.
Tentu saja, ucapan-ucapan mereka membuat berang sebagian masyarakat. Termasuk dengan tema yang diusung oleh para mahasiswa UIN Sunan Ampel, Surabaya. Front Pembela Islam (FPI), adalah di antara anggota masyarakat yang marah oleh ulah para mahasiswa itu. FPI menilai, ospek mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya yang mengangkat tema "Tuhan Membusuk" adalah tindakan yang menurut Islam tidak bisa dimaafkan. Bahkan dapat dikategorikan aksi yang lebih kejam daripada gerakan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS).
Karena itu, kata Sekretaris Jenderal FPI Jatim, Khoiruddin menyatakan, sanksi bagi mahasiswa yang melakukan aksi itu tidak cukup hanya hukuman formal seperti penjara, namun lebih layak jika dihukum mati menurut ajaran Islam.
"Jangan hanya dipenjara 3-5 tahun, tapi hukuman mati, mahasiswa UIN terlalu sering menggelar kegiatan yang kontroversi," ungkapnya, Selasa (2/9/2014).
Mereka yang marah, barangkali karena menganggap Tuhan adalah dzat yang menduduki tahta suci yang manusia dilarang mengutak-atik kedudukannya maupun namanya. Bagi mereka yang coba-coba mengganggunya, maka neraka adalah balasannya.
Sementara mereka yang berpikir kritis, menganggap Tuhan yang dimaksud oleh para pengolok-oloknya bukanlah Tuhan yang dimaksud oleh para umat beragama. Sebab, Tuhan yang dipuja oleh para pemeluk agama tentu mustahil mati dan membusuk.
Lantas Tuhan mana yang dimaksud oleh para "pengolok-olok" itu? Barangkali Tuhan simbolis yang merupakan representasikan semua kebaikan dan kebenaran yang kini mulai berkurang eksistensinya lantaran peran-peran kebaikan dan kebenaran Tuhan telah diambil alih oleh mereka yang menganggap dirinya paling baik dan paling benar. Oleh karena berkurangnya fungsi-fungsi itulah, lama kelamaan Tuhan pun nggak ada kerjaannya, lantas nggak berfungsi, mati, terus membusuk.
Atau menurut Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (Dema F), Rahmat. 'Tuhan Membusuk' yang dimaksud dalam tema Ospek Maba 2014 yang digelar fakultasnya, bukan Tuhan Zat Yang Esa, melainkan Tuhan-Tuhan yang tumbuh dalam diri manusia tanpa sadar menimbulkan kemusrikan (Musrik Mutasyabihat).
"Sebenarnya, masalah ini sudah selesai saat Oscar selesai. Siang tadi, kita juga sudah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi nggak apa-apalah, ini juga sebagai klarifikasi soal tema yang kami angkat itu," kata Rahmat kepada merdeka.com di Sekretariat Dema F Kampus UIN Sunan Ampel, Surabaya, Senin sore (1/9).