Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AJI: Lindungi Publik dari Media Jahat

Kompas.com - 24/08/2014, 08:01 WIB

Oleh: Nasru Alam Aziz

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Eko Maryadi mengingatkan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla agar melindungi profesi jurnalis. Pemerintah diminta memprioritaskan pengungkapan kasus kematian jurnalis di Tanah Air, menghukum pelaku kekerasan terhadap jurnalis, dan melindungi publik dari media yang jahat.

Seruan itu disampaikan Eko pada malam resepsi ulang tahun ke-20 Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Jumat (22/8). Hari ulang tahun AJI diperingati setiap 7 Agustus.

Eko secara khusus menyerukan kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla agar memenuhi harapan rakyat. "Sebagai bagian dari komunitas pers nasional, AJI akan aktif mengawasi kekuasaan secara independen, profesional, dan beretika," kata Eko.

Demi meningkatkan independensi dan akuntabilitas pers, AJI meminta pemerintah dan DPR menghapus dana "pembinaan wartawan" dari APBN dan APBD.

Secara internal, Eko meminta agar seluruh anggota AJI bekerja dengan kepala tegak, dengan standar etika-profesionalisme tinggi, dan menolak menjadi jurnalis-kacung yang partisan di kantor media mana pun. "Lebih baik AJI berafiliasi dengan publik yang kritis daripada bersekutu dengan pemilik uang dan kekuasaan, tapi menipu publik dengan mengangkangi kode etik jurnalistik dan aturan penyiaran," tutur Eko.

Terkait upaya peningkatan profesionalitas jurnalis, Eko menyebutkan, selama dua tahun terakhir AJI telah menggelar 26 kali uji kompetensi jurnalis (UKJ) bagi anggota AJI di 23 kota. Hingga Juni 2014, AJI dan Dewan Pers telah meluluskan 46 penguji UKJ nasional dan memastikan kompetensi 561 jurnalis dari 1.890 anggota AJI yang tersebar dari Papua sampai Aceh.

Penghargaan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, AJI mengumumkan pemenang penghargaan SK Trimurti Award, Tasrif Award, dan Udin Award.

SK Trimurti Award dianugerahkan kepada Masriyah Amfa (53), pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu, Cirebon, Jawa Barat. Masriyah dinilai sebagai sosok pelopor kesetaraan jender di tengah budaya patriarki dan menjadi garda depan dalam penyebaran toleransi di daerahnya. Masriyah memimpin sekitar 1.200 santri dan santriwati sejak suaminya meninggal delapan tahun lalu.

Penghargaan Tasrif Award diberikan kepada dua lembaga, yakni Remotivi dan ICT Watch. Apa yang dikerjakan Remotivi selama ini dinilai sebagai salah satu hal penting bagi demokratisasi frekuensi di Indonesia dalam ranah perwujudan siaran televisi yang lebih sehat.

Dengan semangat yang hampir sama, meski dalam wilayah yang berbeda, dewan juri menilai organisasi ICT Watch sangat bermanfaat dalam mendorong demokratisasi dunia internet di Indonesia.

Menurut penilaian dewan juri, apa yang dilakukan Remotivi dan ICT Watch berpengaruh pada kondisi masa depan Indonesia ketika frekuensi publik (dalam ranah televisi) dan internet menjadi bagian yang semakin tidak terpisahkan bagi kebutuhan masyarakat.

Adapun Udin Award, untuk tahun ini tidak diberikan kepada siapa pun. Ignatius Haryanto, mewakili dewan juri, menyebutkan bahwa di antara 45 kasus kekerasan terhadap jurnalis yang dicatat oleh AJI sepanjang tahun ini, tidak ada yang menonjol. Karena itu, dewan juri memutuskan tidak ada pemenangnya.

Pada kesempatan itu, AJI meluncurkan buku berjudul Semangat Sirnagalih untuk menandai 20 tahun perjalanan organisasi yang lahir menyusul pemberedelan majalah Tempo, tabloid Detik, dan majalah Editor itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com