Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Prabowo-Hatta Minta DKPP Pecat Semua Komisioner KPU

Kompas.com - 11/08/2014, 20:50 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Advokasi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meminta kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) untuk memecat semua komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat dipecat. Mereka menilai para komisioner telah melanggar kode etik sehingga menghasilkan pemilu presiden yang curang.

"Petitum kami adalah meminta kepada DKPP untuk memecat seluruh komisioner KPU," kata Anggota Tim Advokasi Prabowo-Hatta, Didi Supriyanto, di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (11/8/2014).

Hal senada juga diucapkan Anggota Tim Advokasi Prabowo-Hatta lainnya, Razman Arief, yang meminta DKPP untuk memberhentikan secara tetap Komisioner KPU. Hal ini, kata dia, terkait dengan surat edaran perihal pembukaan kotak suara.

"Sidang kedua hari ini sangat jelas terlihat penyelenggara pemilu banyak melakukan pelanggaran dan membuat aturan di luar undang-undang pemilu," ujar Razman.

Sementara itu, Ketua Tim Advokasi Prabowo-Hatta, Mahendradatta, mengatakan, sidang DKPP sangat penting untuk menilai kode etik para komisioner KPU. Pasalnya, menurut dia, pemilu presiden diwarnai oleh berbagai kecurangan.

"Bagaimana menerima hasil pilpres dari penyelenggara pemilu yang tidak terhormat baik oleh MK maupun rakyat?" kata dia.

Ihwal soal sanksi, Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie mengatakan, apa pun sanksi yang mungkin diberikan DKPP, hal tersebut bertujuan untuk mendidik. Hal itu, kata dia, juga termasuk pemecatan, bukan ditujukan untuk menyakiti atau balas dendam, melainkan untuk menjaga kehormatan institusi penyelenggara pemilu.

"Kalau tidak terbukti (melanggar), rehabilitasi. Kalau terbukti ya diberi sanksi," ucap Jimly.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengatakan, pihaknya saat ini belum memiliki sikap apa pun terkait dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan KPU dan Bawaslu. Jimly meminta kepada pengadu ataupun teradu untuk memaparkan bukti-bukti yang meyakinkan majelis hakim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com