Selama Mei 2014, beberapa kali Wakil Presiden 2004-2009 Jusuf Kalla yang terkenal disebut JK memuji sikap Presiden 2001-2004 Megawati Soekarnoputri.
Ketika keringat masih meleleh di wajahnya, di sebuah tempat di lapangan golf Senayan, Jakarta, Sabtu, 3 Mei 2014, pagi, JK mengatakan, sebagian besar pendiri, ketua umum, pimpinan tertinggi partai politik yang mengikuti pemilihan umum punya keinginan besar menjadi presiden. Secara terus terang atau tidak terus terang, mereka ingin jadi presiden.
"Bahkan pemimpin partai yang perolehan suaranya dalam pemilu legislatif sangat rendah pun ingin jadi presiden. Anak saya pun menginginkan saya jadi presiden jika saya pemimpin partai yang memperoleh suara tinggi dalam pemilu legislatif," demikian kata JK setelah main golf.
Maka, kata JK, patut dipuji dan sangat dihargai sikap kenegarawanan Megawati yang merelakan diri tidak mau menjadi calon presiden dalam pemilu presiden ini.
Seseorang yang cukup dekat dengan Megawati baru-baru ini juga menyampaikan pujiannya ke Mega. "Setelah memutuskan hal itu, Bu Mega seperti begawan perempuan. Tokoh parpol dan masyarakat yang datang kepadanya seperti para remaja yang sedang cari kerja. Melihat sikap Bu Mega, saya ingin memeluk dan menciumnya," ujar orang yang tak mau disebutkan namanya itu.
Beberapa minggu sebelum diumumkan jadi cawapres, Hatta Rajasa berkeliling ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di tengah perjalanan di jalan raya antara Solo dan Bojonegoro, Hatta singgah di Dusun Payung, Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro. Kunjungan ini disiarkan radio dan televisi ke seluruh Indonesia.
Warti, pembantu keluarga Hatta, yang berada di Jakarta langsung mengontak telepon seluler Hatta. "Pak Hatta saat ini sedang ada di dusun tempat tinggal saya," kata Warti yang telah 30 tahun ikut keluarga Hatta.
Hatta tidak menyangka desa yang dikunjungi adalah tempat tinggal pembantu setianya yang telah dianggap anggota keluarga sendiri. Hatta ke rumah ayah Warti, Shodimejo (80 tahun). Beberapa anak, menantu, dan cucu Shodimejo pernah ikut keluarga Hatta. Beberapa cucu Shodimejo bisa meraih sarjana dan bekerja di sebuah departemen karena bantuan Hatta. Pertemuan di Dusun Payung ini penuh kegembiraan dan air mata. Shodimejo mengatakan, "Kulo ndongakaken Pak Hatta dados wakil presiden (Saya berdoa Pak Hatta jadi wapres)."
Hatta dan JK adalah dua orang yang ramah dalam bergaul dengan siapa pun, termasuk orang-orang di kubu lawan politik. Pelukan JK dan Hatta di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Minggu (1 Juni 2014), di Hari Kelahiran Pancasila Ke-69, merupakan simbol yang indah. (J Osdar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.