JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Arie Dwipayana, menilai apa pun keputusan Partai Demokrat akan memengaruhi peta koalisi politik. Dengan membentuk poros sendiri atau bergabung dengan poros lain, gerak politik Demokrat diyakini akan berdampak pada kerja sama antarpartai politik.
"Saya kira (koalisi) belum jelas, ya. Akan sangat tergantung proses koalisi di Partai Demokrat," kata Arie saat dihubungi, Kamis (8/5/2014).
Menurut Arie, saat ini koalisi yang dibangun antarpartai belum tergambar secara pasti. Meski beberapa partai sudah terlihat ada kedekatan, tetapi kondisi ini masih mungkin berubah. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh gerak Demokrat.
Arie mengatakan, jika Demokrat memutuskan membuat poros baru, maka partai-partai tengah, seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional, kemungkinan besar akan merapat. Saat ini PKS dan Golkar belum menyampaikan sikap resmi, meski keduanya sudah mendekati Partai Gerindra.
Ia berpendapat bahwa PKS atau Golkar masih mungkin beralih karena Gerindra harus memilih cawapres dari salah satu partai tersebut. Peralihan ini diprediksi mengarah ke Demokrat, jika partai tersebut membentuk poros baru.
Begitu pula jika Demokrat memutuskan untuk bergabung dengan poros yang sudah ada, misalnya dengan Gerindra. Demokrat bisa mengubah koalisi politik partai yang mendekat ke Gerindra.
"Ketika memasukkan PKS, Golkar, ia (Gerindra) harus menentukan siapa cawapresnya. Apalagi kalau Demokrat masuk dan (cawapresnya) dipilih Gerindra," kata Arie.
PKS dan Golkar yang sudah lebih dulu merapat ke Gerindra, kata Arie, dipastikan akan "menuntut jatah". Hal inilah yang nantinya terbentuk power sharing atau bagi-bagi kursi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.