Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Kivlan Zen tentang Prabowo dan Isu Kudeta 1998

Kompas.com - 06/05/2014, 19:31 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen (Purn) Kivlan Zen membantah isu tentang keinginan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) saat itu Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto untuk mengudeta pemerintah pimpinan Presiden BJ Habibie pada 1998. Menurut Kivlan, Prabowo tidak pernah berhasrat melakukan kudeta dan hanya menjadi kambing hitam dari peristiwa kerusuhan Mei 1998.

"Katanya, dia (Prabowo) mau kudeta saat kerusuhan, padahal tidak ada," ujar Kivlan di Jakarta, Selasa (6/5/2014).

Dia mengatakan, pada saat peristiwa kerusuhan berlangsung, Prabowo diminta hadir oleh sejumlah tokoh masyarakat yang berkumpul di Hotel Sahid, Jakarta. Di sana terdapat sejumlah tokoh politik hingga budayawan yang menawarkan agar Prabowo mengambil alih pemerintahan.

"Tapi, dia (Prabowo) tidak mau. Saya ada di samping dia 24 jam. Prabowo juga dituduh sebagai dalang dari Trisakti. Itu yang melakukan polisi Sabhara yang menembak, bukan tentara. Ini sudah character assasination bagi Prabowo," ujar Kivlan.

Hubungan antara Prabowo dan Habibie pada 1998 dikabarkan sempat memanas. Dalam buku Detik-detik yang Menentukan karya Habibie, diceritakan bahwa Prabowo sempat meminta bertemu Habibie, yang ketika itu menjadi presiden RI setelah Soeharto mundur. Pertemuan akhirnya dilakukan pada 22 Mei 1998 di Istana Negara. Dalam pertemuan itu, Habibie akhirnya memecat Prabowo dari posisinya sebagai Pangkostrad.

Prabowo dikabarkan sempat tidak menerima keputusan tersebut. Namun, Habibie tetap bertahan dengan alasan adanya pergerakan pasukan TNI AD masuk ke arah Kuningan dan menuju Istana Negara. Prabowo berdalih bahwa itu untuk mengamankan Presiden. Namun, Habibie tidak lantas percaya dan tetap pada keputusannya mencopot Prabowo.

Saat menjadi public lecturer dalam sebuah diskusi yang diadakan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) pada 18 Desember 2012, Prabowo sempat mengutarakan penyesalannya tidak melakukan kudeta. Dia mengatakan tidak jadi mengudeta karena pada usia 18 tahun dirinya pernah bersumpah untuk membela negara Indonesia yang bersendikan Pancasila.

"Gara-gara sumpah sih jadi enggak jadi (kudeta) karena saya ingat itu. Saya takutnya sama buku kecil yang berisi UUD 1945. Takutnya hanya satu buku itu, yang di dalamnya ada satu ayat yang menyebutkan presiden pegang kekuasaan tertinggi atas angkatan perang. Jadi, sudah dikunci dengan satu kalimat itu," ujar pria yang kini tengah meniti jalan menuju calon presiden pada Pemilu 2014 tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Nasional
Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai 'Back Up' PDN Kominfo di Batam

Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai "Back Up" PDN Kominfo di Batam

Nasional
Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Nasional
Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Nasional
Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Nasional
Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Nasional
KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

Nasional
Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Nasional
Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Nasional
Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Nasional
Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Nasional
Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Nasional
Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Nasional
Gerindra: Memang Anies Sudah 'Fix' Maju di Jakarta? Enggak Juga

Gerindra: Memang Anies Sudah "Fix" Maju di Jakarta? Enggak Juga

Nasional
Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com