Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pilihan Strategi bagi Kompetitor Jokowi

Kompas.com - 23/03/2014, 15:33 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam menghadapi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang diusung PDI-Perjuangan sebagai calon presiden, ada tiga pilihan strategi yang dapat ditempuh para kompetitor. Menurut Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto, strategi pertama yang dapat ditempuh kompetitor adalah dengan menjadikan Jokowi sebagai musuh utamanya.

"Pilihan strategi kompetitor hanya tiga posisi. Pertama, menjadikan Jokowi musuh utama," kata Gun Gun dalam diskusi bertajuk Efek Jokowi dan Strategi Partai Politik di Pilpres 2014 di Jakarta, Minggu (23/3/2014).

Menurut Gun Gun, strategi ini mulai diposisikan Gerindra. Sejak PDI-P menyatakan akan mengusung Jokowi sebagai capres, katanya, Gerindra intensif melancarkan serangan. "Mulai dari kampanye-kampenye, surat Batu Tulis-lah, Jokowi disebut mencla-mencle, bagaimana mau memimpin Indonesia. Verbal ini harus dimaknai, konteks pilihan Prabowo, mau enggak mau bertarung di 2014 atau tidak sama sekali," kata Gun Gun.

Pilihan strategi kedua, lanjutnya, dengan menjadikan Jokowi sebagai kekuatan utama. Dia meramalkan, banyak partai papan tengah yang nantinya akan berkoalisi dengan PDI-P bukan karena ideologi yang senada, melainkan karena politik akomodasi semata.

"Bagaimana mendapatkan win-win solution dari proses koalisinya, politik akomodasi, akan ada muncul kekuatan yang merapat ke PDI-P," sambung Gun Gun.

Selain kedua strategi di atas, menurut Gun Gun, kompetitor dapat menjadikan Jokowi sebagai alternatif terakhir jika calon yang diusungnya dianggap tidak mampu.

"Nah yang ketiga ini sangat mungkin dimainkan Golkar. Bisa dihitung, sekarang tetap mencapreskan Ical, tapi kita tahu Golkar sejarahnya selalu di kekuasaan, bisa jadi proses akhirnya menjadikan pencapresan Pak Ical, bisa jadi injury time dia merapat ke kekuasaan," tutur Gun Gun. Di sisi lain, Golkar bisa juga menjadikan Jokowi sebagai alternatif terakhir jika calonnya gagal.

Sementara bagi PDI-P, Gun Gun menilai partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu sedianya menjalankan strategi yang konsisten menjaga tren positif Jokowi serta menjaga mesin pemenangan partai dari pusat hingga daerah. Selain itu, menurutnya, PDI-P harus mengelola harapan publik terhadap Jokowi.

"Ini harus dilakukan, political treatment, karena Jokowi diasumsikan bukan hanya milik PDI-P, melainkan juga semua orang berekspektasi kepada Jokowi," ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Musfihin Dahlan dalam diskusi yang sama mengatakan, Jokowi bagi Golkar bukan musuh ataupun lawan politik. Golkar, katanya, menempatkan Jokowi sebagai seorang figur yang patut diapresasi. Kehadiran Jokowi, menurut Musfihin, tidak menjadi masalah bagi Golkar karena partainya sudah mengusung calon presiden sendiri sejak awal.

Mengenai kemungkinan Golkar berhenti mengusung bakal capresnya yang sekarang, yakni Aburizal Bakrie, Musfihin mengatakan bahwa hal itu tergantung perkembangan internal Golkar setelah hasil pemilu legislatif keluar.

"Golkar sangat dinamis, di dalam selalu ada mekanisme evaluasi, setelah legislatif kita akan mengadakan rapim yang bisa mengubah segala-galanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com