JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok menilai, tingginya elektabilitas bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo alias Jokowi hanya karena aksi "blusukan"-nya. Mubarok sama sekali tidak melihat gagasan yang dimiliki Gubernur DKI Jakarta itu.
Hal tersebut disampaikan Mubarok saat ditanya apakah ke-11 peserta Konvensi Demokrat siap beradu gagasan dengan Jokowi. Menurut Mubarok, mereka siap saja diadu gagasannya. Justru, dia khawatir Jokowi yang belum siap karena terlalu sibuk dengan "blusukan"-nya.
"Sebenarnya peserta konvensi siap saja, cuma publik kita ini kan tidak melihat gagasan Jokowi. Publik lihat 'blusukan'-nya karena dia selalu 'blusukan'. Itulah politik kita, belum cerdas," kata Mubarok di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2014).
Mubarok mengatakan, dengan pencapresan Jokowi ini, Demokrat tidak akan mengubah strategi untuk menghadapi pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Dia tidak mau Demokrat seperti Gerindra yang tiba-tiba berniat mengusung Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
"Itu kan manuver politik saja, kita tidak mau ikut-ikutan seperti itu," katanya.
Lagipula, lanjut dia, Jokowi belum tentu menang pada pemilihan presiden 2014 mendatang. Meski berbagai hasil survei menunjukkan Jokowi selalu berada di urutan teratas, kata dia, semua itu bisa berubah.
"Politik itu kan dinamis. Politik tidak bisa dipastikan seperti itu," pungkas Mubarok.
Berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei, elektabilitas Jokowi selalu teratas, relatif jauh dari 11 peserta Konvensi Demokrat. Semenjak ditetapkan sebagai bakal capres PDIP, Jokowi mendapat serangan dari berbagai pihak, terutama lawan politiknya. Banyak pula yang mendukung.
Kepastian pencapresan masih menunggu hasil Pileg lantaran ada syarat ambang batas pengusungan capres-cawapres di UU Pilpres. Jika tidak memenuhi syarat, parpol mesti berkoalisi. Beberapa elite Demokrat menyatakan Demokrat ingin berkoalisi dengan PDIP.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.