"Kita dalam situasi yang berbahaya dalam ekonomi. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa seperti Mesir dan Tunisia. Kita akan gampang sekali diprovokasi untuk jatuh dan sulit bangkit kembali," kata Mahfud dalam diskusi Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama di Jakarta, Rabu (12/3/2014) malam.
Mahfud memprediksi, risiko itu akan terjadi bila rasio gini Indonesia sudah melebihi 0,50 persen. Rasio gini adalah indeks yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan antara orang kaya dan orang miskin. Semakin besar angka indeks tersebut, semakin lebar ketimpangan yang terjadi.
Mahfud menjelaskan, pada awal reformasi rasio gini Indonesia masih kecil, yakni hanya 0,20 persen. Namun, entah bagaimana, angka tersebut terus naik dari waktu ke waktu. "Setiap tahun rasio gini ini naik, 2012 sudah 0,39 persen dan 2013 sudah 0,41 persen. Kalau sudah melewati 0,50, negara itu akan jatuh. Itu teorinya," ujar dia.
Selain tingginya rasio gini, Mahfud juga mengkhawatirkan banyaknya orang miskin di Indonesia. Dia menjelaskan, berdasarkan data yang didapatkannya di Badan Pusat Statistik, penduduk miskin di Indonesia hanya berjumlah 28 juta jiwa.
Namun, menurut angka yang dirilis Bank Dunia, terdapat 108 juta orang miskin di Indonesia. "Jadi, ini tingkat mengukurnya berbeda, sebenarnya banyak orang miskin di Indonesia ini," ujar dia.
Hal yang lebih memprihatinkan lagi, menurut Mahfud, adalah utang luar negeri Indonesia. Dia menyebutkan utang luar negeri Indonesia sekarang sudah lebih dari Rp 2.400 triliun.
Jumlah utang itu, kata Mahfud, jelas memprihatinkan karena APBN Indonesia hanya Rp 1.800 triliun. "APBN kita lebih kecil dari utangnya, bagaimana kalau seperti ini terus?" kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.