Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Buat Kisruh DPT, SBY Minta Berpikir Logis

Kompas.com - 13/11/2013, 12:07 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah tuduhan bahwa pemerintah sengaja membuat daftar pemilih tetap (DPT) nasional untuk pemilu legislatif 2014 bermasalah.

"Muncul kecurigaan pemerintah sengaja membuat DPT bermasalah. Saya pernah baca di media cetak jangan-jangan ini upaya untuk melanggengkan kekuasaan yang ada," kata Presiden ketika membuka pertemuan dengan para pemimpin lembaga tinggi negara di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/11/2013).

Pertemuan itu digelar untuk membahas kisruh DPT. Pemimpin lembaga tinggi negara yang hadir, yakni Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman, Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Poernomo, Ketua Komisi Yudisial Sumarman Marzuki dan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali.

Hadir pula Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Koordinator bidang Kesra Agung Laksono dan Menteri Koordinator bidang Polhukam Djoko Suyanto.

Presiden mengatakan, kecurigaan terhadap pemerintah memang sering muncul jika ada masalah dalam penyelenggaraan pemilu, khususnya terkait penyusunan DPT. Menjawab tuduhan itu, Presiden meminta berpikir logis. Dalam penyusunan daftar pemilih, ada peran kepala daerah yang berasal dari berbagai parpol.

"Kalau kita logis, kalau pemerintah dianggap mau ciptakan masalah, pemerintah menurut undang-undang mempunyai tugas, kewajiban dalam proses penyusunan dan penetapan DPT meskipun lebih banyak dilakukan oleh KPU. Ada tugas Mendagri, Menteri Luar Negeri, setelah itu para gubernur, bupati dan walikota," kata Presiden.

"Dengan demikian, kalau kita pahami anatomi politik kita, para gubernur, bupati dan walikota juga berasal dari semua parpol yang ada di negeri kita," tambah SBY.

Oleh karena itu, menurut Presiden, perlu ada penjelasan yang baik dan terbuka dari KPU dan Mendagri terkait permasalahan dan solusi mengatasi DPT. Penjelasan yang baik, kata dia, bisa menghilangkan kecurigaan masyarakat terhadap pemerintah, bahkan kecurigaan antar parpol.

"Saya berpikir kita tidak dalam posisi untuk menanggapi, apalagi minta KPU untuk melakukan A, B, C karena bisa menimbulkan salah tafsir dari rakyat seolah-olah kita pimpinan lembaga negara melakukan intervensi. Segala sesuatunya sudah diatur UUD 1945 dan undang-undang," kata Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com