Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiriman Bungkusan Mencurigakan Hebohkan Kompleks DPR

Kompas.com - 06/11/2013, 13:47 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Petugas Keamanan Dalam (Pamdal) Kompleks Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2013), mengamankan satu kardus yang berisi benda mencurigakan. Kardus tersebut dibawa oleh seseorang yang mengaku dari Kantor PT Pos Indonesia. |

Peristiwa terjadi sekitar pukul 13.00 WIB saat beberapa petugas pamdal melarang seorang pria yang membawa sebuah kardus memasuki lift ruang pimpinan DPR di Gedung Nusantara III. Pasalnya, petugas pamdal menganggap kardus yang dibawa pria tersebut berisi benda mencurigakan.

"Makanya ini apa? Saya baru lihat gambar kayak begini," kata salah seorang petugas sambil terus memandangi layar monitor mesin X Ray.

Karena dianggap mencurigakan, petugas pamdal meminta pria yang mengantar menunjukkan identitasnya. Namun, meski mengenakan seragam PT Pos Indonesia, pria tersebut tidak mampu menunjukkan identitas sebagai pegawai PT Pos Indonesia.

Dari rekaman di monitor mesin X Ray, nampak kardus ukuran lumayan besar yang dibungkus sampul coklat tersebut berisi benda berbentuk kotak. Dari rekaman itu juga nampak benda di dalamnya berbentuk benda padat dan memiliki cabang menyerupai kabel.

Informasi dari pamdal di lokasi, kardus tersebut merupakan barang kiriman dari seseorang bernama Ranu yang bekerja sebagai petugas keamanan di Sekretariat Jenderal DPR. Pria yang mengaku pegawai PT Pos tersebut datang ke Gedung DPR dengan maksud ingin mengembalikan kiriman karena alamat tujuan, di Depok, dikatakan fiktif.

"Katanya yang ngirim Ranu, kemananan Setjen DPR, tapi yang namanya Ranu enggak ada. Terus anehnya, orang tadi juga enggak punya kartu pengenal PT Pos," kata seorang pamdal lainnya.

Saat ini, benda mencurigakan dan seorang yang mengaku pegawai PT Pos telah dibawa beberapa petugas pamdal untuk diperiksa. Ada kemungkinan pamdal akan menyerahkan benda tersebut kepada kepolisian terdekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com