Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kelas Menengah, PDIP-Gerindra Bersaing

Kompas.com - 11/09/2013, 15:45 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil survei Lembaga Konsultan Riset Alvara, elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Gerindra di kalangan urban dan kelas menengah berada di urutan atas. Hanya, elektabilitas kedua parpol itu masih di bawah swing voters.

Hasil survei itu menunjukkan, elektabilitas PDIP mencapai 14,8 persen dan Partai Gerindra 12,5 persen. "Di kelompok menengah perkotaan, PDIP dan Gerindra bisa diterima oleh pemilih," kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat pemaparan hasil survei di Jakarta, Rabu (11/9/2013).

Hasanuddin menjelaskan, PDIP banyak didukung oleh pemilih di kelas menengah berusia 20-24 tahun dan merata di semua profesi. Adapun Gerindra paling banyak didukung kelompok usia 25-29 tahun.

Ia menambahkan, elektabilitas di bawah Gerindra, yakni Partai Golkar (8,4 persen), Partai Demokrat (7,4 persen), Partai Nasdem (4,6 persen), Partai Hanura (3,8 persen).

Elektabilitas parpol berbasis massa Islam relatif rendah di kalangan menengah, yakni Partai keadilan Sejahtera (3,4 persen), Partai Persatuan Pembangunan (2,2 persen), Partai Amanat Nasional (2,1 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (1,7 persen), dan Partai Bulan Bintang (0,1 persen). Di urutan buncit, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (0,1 persen).

"Pemilih kelas menengah urban masih banyak yang ragu untuk menentukan partai mana yang akan dipilih. Pemilih yang belum menentukan pilihan partai mencapai 39 persen," kata Hasanuddin.

Hasanuddin menambahkan, elektabilitas parpol berbasis massa Islam rendah lantaran tidak ada tokoh yang populer di parpol tersebut. Selain itu, mayoritas responden lebih tertarik terhadap idelologi nasionalis.

Ketika ditanya mengapa elektabilitas Demokrat masih relatif tinggi meskipun telah diterpa citra negatif pascarentetan kasus korupsi, menurut Hasanuddin, hal ini tak terlepas dari unsur ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, kinerja SBY sebagai Presiden ditanggapi positif oleh kalangan menengah.

"Yang paling menikmati situasi ekonomi sekarang ini yah kelas menengah," pungkas Hasanuddin.

Alvara mengaku melakukan survei dengan wawancara tatap muka terhadap 1.532 responden. Mereka tinggal di kota-kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Medan, Surabaya, Makasar, Bandung, dan Semarang. Mereka dianggap mewakili seluruh kelas menengah di Indonesia.

Menurut Alvara, survei dilakukan 15 Juli sampai 23 Agustus 2013 dengan biaya sendiri. Responden yang diambil berusia 20-54 tahun dengan pengeluaran keluarga di atas Rp 4 juta per bulan.

Alasan hanya kelas menengah yang diambil sebagai responden lantaran jumlahnya sangat besar, yakni mencapai 135 juta orang. Selain itu, mereka memiliki pendidikan yang baik, mendapat akses informasi, serta rasional dalam memilih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com