Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom di Ekayana Bikin Orang Rohingya Susah...

Kompas.com - 06/08/2013, 19:43 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Kalau mau bantu kami, kami minta tolong hentikan (kekerasan). Ini (bom) tidak selesaikan masalah, malah tambah kesusahan orang Rohingya di Indonesia."

Hal itu dikatakan M Hanif (38) saat ditemui di Kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (6/8/2013). Hanif adalah salah satu warga Rohingya, Myanmar, yang pergi dari tanah leluhurnya pascakonflik. Hanif dimintai tanggapan atas teror bom di Vihara Ekayana di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, oleh orang tidak dikenal.

Hanif khawatir pengungsi Rohingya di Indonesia dikaitkan dengan insiden bom tersebut. Tak hanya itu, ia sedih sekaligus cemas setelah mendengar informasi adanya bom yang meledak di Ekayana. Ia sedih karena tidak ingin ada orang lain susah akibat bom, seperti dirinya dan keluarganya yang menjadi susah akibat konflik di Myanmar.

Hanif pun cemas setelah di dalam bom yang tidak meledak ditemukan tulisan "Kami Menjawab Jeritan Rohingya". Berpikir semakin jauh, Hanif takut perlakuan atau sikap warga Indonesia terhadapnya dan keluarga akan berubah. Selama ini, ia merasa diperlakukan seperti keluarga oleh orang Indonesia.

Setelah masuk ke Indonesia dari Malaysia sekitar tujuh bulan lalu, Hanif dan 16 anggota keluarganya bertahan hidup dari kebaikan warga Indonesia. Sekitar 30 tahun lalu, Hanif dibawa orangtuanya keluar dari Myanmar, lalu masuk ke Malaysia secara ilegal.

Anggota keluarganya terus bertambah selama tinggal di Malaysia. Mereka memilih keluar dari negeri jiran itu lantaran Pemerintah Malaysia tidak mau menerima sebagai warga negara. Akibatnya, anak-anak tidak bisa sekolah.

Tidak ingin penerusnya kelak seperti dirinya yang tidak bisa membaca dan menulis, Hanif memilih masuk ke Indonesia sebagai tempat transit. Mereka naik kapal nelayan selama satu hari satu malam hingga Medan, Sumatera Utara. Selama tujuh bulan terakhir, mereka harus berpindah-pindah tempat tinggal hingga akhirnya ditampung oleh YLBHI.

Harapan terbesar mereka Australia bersedia menerima suaka. "Kalau Australia tidak bisa, negara lain juga tidak apa-apa. Kami tidak lihat harta, tetapi masa depan anak-anak kami," kata Hanif.

Hanif mengatakan, pihaknya tidak membenci agama Buddha. Kekerasan terhadap umat Islam di Rohignya selama ini, menurut dia, hanya dilakukan oleh kelompok tertentu di Myanmar, bukan umat Buddha.

"Kita tidak boleh berbuat kekerasan. Saya sedih dengar kabar ini (bom wihara). Ini caranya tidak bagus. Kami sekarang dalam kesusahan. Kami tidak mau orang lain susah seperti kami," pungkas Hanif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com