KOMPAS.com - Bulan suci Ramadhan 1434 H tidak hanya disambut semarak penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim (87,2 % berdasarkan sensus penduduk 2010). Segenap penjuru dunia baik di negara-negara Islam/berpenduduk mayoritas Muslim maupun komunitas Muslim di negara-negara lainnya juga menyambutnya dengan semarak.
Seperti yang terjadi di Indonesia, Indonesia, perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan 1434 H pun terjadi khususnya dalam konteks antar-negara, dengan penyebab yang beraneka ragam.
Dalam catatan ICOP (International Crescent Observation Project) dan MCW (Moonsighting Committee Worldwide), spektrum awal Ramadhan 1434 H di dunia terpetakan dalam tiga golongan.
Golongan pertama menetapkan 1 Ramadhan pada Selasa 9 Juli 2013 yang umumnya terdiri dari negara Islam/berpenduduk mayoritas Muslim dan komunitas Muslim di Eropa seperti Turki, Bosnia Herzegovina, Kosovo, Kroasia, sebagian Perancis (merujuk Union des Organizations Islamiques de France/UOIF), sebagian Luksemburg, Makedonia, Montenegro, sebagian Rusia, Serbia dan Slovenia. Di luar itu masih ada sebagian Canada dan sebagian AS (merujuk Fiqh Council North America/FCNA) di benua Amerika, Tunisia di Afrika serta sebagian Cina dan Maladewa di Asia.
Sementara, golongan kedua menetapkan 1 Ramadhan pada Rabu 10 Juli 2013. Golongan ini merupakan yang terbesar, terdiri dari seluruh negara Arab baik di Timur Tengah maupun Afrika Utara, kecuali Tunisia. Juga hampir seluruh seluruh negara di Afrika, Eropa, Asia dan Amerika. Secara keseluruhan terdapat 81 negara Islam/berpenduduk mayoritas Muslim dan komunitas Muslim yang memulainya pada tanggal ini. Yang menarik, sebagian warga Muslim Perancis (mengikuti Conseil Francais du Culte Musulman/CFCM), Luksemburg, Rusia, Cina, Canada dan AS juga mulai berpuasa hari itu.
Dan golongan ketiga adalah yang menetapkan 1 Ramadhan pada Kamis 11 Juli 2013, yang hanya meliputi sebagian Bangladesh, India, Pakistan, Selandia Baru dan Fiji. Meski secara resmi menetapkan 1 Ramadhan pada hari itu, sebagian warga Bangladesh telah mulai berpuasa sejak sehari sebelumnya.
Saudi Arabia
Saudi Arabia sendiri memutuskan mulai berpuasa Ramadhan pada Rabu 10 Juli 2013, keputusan yang kemudian diikuti oleh banyak negara Islam/berpenduduk mayoritas Muslim dan komunitas Muslim. Meski demikian, 1 Ramadhan 1434 H di Saudi Arabia sebenarnya jatuh pada Selasa 9 Juli 2013 sehingga negeri itu mulai berpuasa pada 2 Ramadhan. Ini terjadi karena kalender Hijriah (yang murni berdasarkan hisab dengan “kriteria” Ummul Qura) di Saudi Arabia dipisahkan dari puasa Ramadhan (yang dikategorikan sebagai ibadah sehingga penentuannya harus dengan rukyat hilaal), mengingat kalender Hijriah juga berfungsi sebagai kalender sipil yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk transaksi ekonomi antarnegara yang tetap mengacu kalender Masehi (tarikh Umum).
Pemisahan itu membuat Saudi Arabia menganggap sah-sah saja mulai berpuasa pada 2 Ramadhan, atau bahkan ber-Idul Fitri pada 2 Syawal dan ber-Idul Adha pada 11 Zulhijjah.
Selain merujuk pada keputusan Saudi Arabia, umat Islam di berbagai penjuru juga merujuk pada keputusan Turki dan ECFR (European Council for Fatwa and Research) yang berbasis hisab atas dasar kriteria Istambul, maupun keputusan FCNA yang berdasar hisab dengan “kriteria” Ummul Qura pada titik acuan kota suci Makkah.
“Kriteria” Ummul Qura berbentuk mirip “kriteria” wujudul hilal di Indonesia dengan sedikit penyesuaian, yakni pada Lag Bulan +2 menit. Sementara kriteria Istambul merupakan buah Konferensi Istambul 1978 yang menyatakan awal bulan kalender Hijriah seyogyanya terjadi jika beda tinggi Bulan-Matahari 5 derajat dan elongasi (jarak sudut) Bulan-Matahari 8 derajat pada saat Matahari terbenam dimanapun di muka Bumi sepanjang masih berada dalam lingkup satu tanggal Masehi (Tarikh Umum), sehingga tidak mengacu kepada satu titik saja.
Selain ketiga rujukan tersebut, sebagian kalangan juga mendasarkan keputusannya pada hasil rukyat hilal yang diselenggarakan di tempat masing-masing. Dalam kaitannya dengan rukyat hilal ini, cukup menarik bahwa ICOP memperlihatkan pada Senin 8 Juli 2013 pukul 18:08 waktu Tahiti, lengkungan sabit Bulan telah terdeteksi di Tahiti (Polinesia Perancis) dengan beda tinggi Bulan-Matahari 9,2 derajat dan umur Bulan 20,9 jam.
Dalam konteks tiap negara, maka perbedaan antarkelompok Muslim dalam menentukan Ramadhan 1434 H tak hanya terjadi di Indonesia. Bangladesh pun mengalaminya. Demikian pula komunitas Muslim di Canada, AS dan Cina.
Di lain waktu perbedaan juga kerap terjadi antar komunitas Muslim di Norwegia, Mauritania dan Inggris. Namun dengan Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, maka dinamika di Indonesia nampak amat menonjol. Terlebih jika dibandingkan dengan negara-negara lain dalam satu kawasan, misalnya Malaysia, yang tidak memperlihatkan perbedaan internal.
Konferensi 1884