JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Komunikasi dan Informatika diminta serius menyikapi aksi terorisme yang terus terjadi di Indonesia. Kemenkominfo didesak menutup seluruh situs yang memicu tindakan radikalisme dan kekerasan.
Hal itu dikatakan anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari di Jakarta, Senin (22/7/2013), menanggapi aksi teror bom rakitan berbentuk panci yang dilempar ke Polsek Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (20/7/2013).
Eva menduga pelaku teror bom di Tasikmalaya mendapat ide dari situs-situs tertentu di internet. Pelaku bom Boston, London, kata Eva, juga terinspirasi ajaran itu.
Eva menambahkan, seri pembuatan bom tersebut seharusnya segera diblokir Kemenkominfo seperti yang dilakukan pemerintah negara lain, salah satunya China. Ajaran tersebut dianggap sangat berbahaya terhadap masyarakat. Selama ini, lanjutnya, pemerintah selalu melakukan pembiaran dan kementerian tidak memiliki kepekaan terhadap maraknya tindakan radikalisme.
PDI-P, lanjut Eva, juga berharap agar Menkominfo Tifatul Sembiring segera menutup seluruh situs yang sudah meresahkan masyarakat. Hingga saat ini, lanjutnya, masih ada situs yang mendorong radikalisasi sehingga dapat mengantarkan seseorang mengambil tindakan radikal secara sukarela.
Terbukanya situs-situs bermuatan radikal dan menghalalkan kekerasan ini sama bahayanya dengan situs pornografi karena berdampak pada kerusakan jiwa pada generasi muda. Tetapi, yang lebih bahaya adalah dampak tindakannya yang mendatangkan kerusakan yang luas, bahkan penghilangan nyawa banyak orang.
"Ini harus dicegah dan dihindarkan," pungkas Eva.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.