Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaum Muda Jangan Lupakan Tragedi Mei 1998

Kompas.com - 15/05/2013, 19:48 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com- Anak muda sebaiknya bisa tetap mengingat sejarah dan tidak melupakan fakta kerusuhan Mei 1998.

Harapan agar anak muda tidak melupakan peristiwa Mei 98 juga untuk menghargai para aktivis reformasi yang hilang dan hingga kini belum diketahui keberadaannya

 

Hal tersebut disampaikan John Muhammad, eksponen mahasiswa 1998 yang mendirikan Public Virtue Institute (PVI) bersama Usman Hamid, di Jakarta, Rabu (15/5/2013).

Menurut John, faktanya ada banyak hal yang aneh dalam catatan dan sosialisasi sejarah di Indonesia.

 

Kerusuhan Mei 1998 dianggap terlalu sensitif oleh banyak pihak, ini diperkuat dengan fakta bahwa peristiwa ini tidak masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di Indonesia.

Banyak fakta dan peristiwa yang coba ditutupi, agar para penerus bangsa perlahan melupakan sejarah bangsa ini.

"Kita tidak bisa menutup mata, pihak yang terlibat pada peristiwa Mei 1998 seperti Prabowo dan Wiranto saat ini sedang menjadi elit politik di Indonesia," kata John.

 

John mengatakan, pengetahuan masyarakat tentang peristiwa di masa lalu akan berpengaruh pada situasi sosial politik di Indonesia.

Karena itu, anak-anak muda perlu diingatkan soal Tragedi Mei'98. Aapalagi sebagai pemilih pemula, kaum muda cenderung mudah dipengaruhi untuk memilih partai politik dan pimpinan parpol tertentu.

Padahal mungkin elite-elite tersebut adalah pelaku dengan rekam jejak negatif pada peristiwa tersebut.

 

"Masyarakat kita terus didorong melupakan fakta sejarah yang terjadi. Bagaimana mungkin pihak-pihak yang dulu memusuhi dan mengendalikan pasukan penembak mahasiswa dengan peluru tajam, justru berada di urutan terdepan di pentas politik praktis kita. Banyak hal yang perlu dibenahi dari keadaan ini, para pemilih pemula khususnya, harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang rekam jejak para politisi yang akan maju pada pentas pemilihan presiden di tahun 2014. Jangan sampai, mereka yang dulu menolak reformasi justru dapat kesempatan untuk memimpin bangsa ini," tambah Edwin Partogi, mantan aktivis Kontras yang juga merupakan salah satu penggerak utama gerakan mahasiswa 1998.

 

Public Virtue mengingatkan, secara historis demokrasi yang saat ini dinikmati Indonesia adalah hasil perjuangan bersama gerakan mahasiswa, intelektual dan kaum perempuan.

Tapi fakta sejarah di balik peristiwa tersebut coba dikaburkan. Kaum muda perlu tahu, bagaimana situasi otoriter yang dirasakan oleh rakyat pada saat rezim orde baru agar situasi tersebut tidak terulang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com