Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Ingin Beribadah dengan Tenang dan Damai..."

Kompas.com - 08/04/2013, 17:07 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kami bukan penjahat, kami hanya ingin bisa beribadah dengan tenang dan damai," ujar Emilia dengan nada tinggi. Wanita berkerudung hitam itu tiba-tiba berbicara lantang soal hambatan yang dialaminya saat ingin beribadah.

Pernyataan Emilia yang mewakili kaum Syiah ini pun langsung mengundang gemuruh tepuk tangan. Mereka yang bertepuk tangan adalah para umat beragama yang sebagian besar adalah kaum rohaniwan.

Pada Senin (8/4/2013) siang ini, mereka  datang untuk menyampaikan keluh kesahnya kepada pimpinan Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan menggunakan menggunakan atribut keyakinannya mulai dari jubah hitam untuk pendeta hingga peci untuk umat Islam, mereka menceritakan pengalamannya atas ketidak adilan dalam beribadah di neegri ini. Mereka yang hadir di antaranya berasal dari kaum Ahmadiyah, kaum Syiah, para biksu, hingga jemaat HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin. Selain itu, hadir pula perwakilan organisasi keagamaan seperti Gereja Kristen Indonesia (GKI), Kantor Waligereja Indonesia (KWI), dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

"Kami sedih mendapat perlakuan tidak adil. Seolah ada pembiaran dari pemerintah akan kelompok intoleran yang melanggar toleransi internasional tentang kebebasan bernegara," ujar Emilia lagi.

Ia mengaku, sejak dulu kaum Syiah hidup berdampingan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Namun, kini Emilia tidak mendapatkan ketenangan itu lagi. Ia merasa haknya untuk beribadah terkungkung.

Ketua Umum PGI Andreas A Yewangoe menilai, persoalan ini bukan lagi menjadi masalah agama, melainkan sudah menjadi masalah bangsa. "Kemerdekaan beragama dan beribadah diatur sangat keras itu harus dikembalikan. Janganlah negara ini diperintah oleh kelompok-kelompok yang intoleran. Jangan negara diserahkan kepada tindakan intoleran yang melampaui konstitusi," ujar Andreas.

Adven Nababan dari HKBP Setu juga mengeluhkan sikap pemerintah daerah yang sudah menciderai kerukunan beragama. "Pembongkaran gereja, lebih banyak intervensi kelompok tertentu, tapi pemerintah sangat lemah di sini," kata Adven.

Menanggapi segala keluhan itu, Ketua MPR Taufik Kiemas berjanji akan menyampaikannya langsung ke Presiden. Taufik menganalogikan Indonesia layaknya batang yang menjadi tempat berdiri Garuda Indonesia. Batang tipis itu bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.

"Batang itu sangat tipis, tapi kalau goyang, tidak akan ada lagi Indonesia yang kita cintai. Jadi, hidup NKRI tergantung pada kerukunan beragama bahwa kita ini negara majemuk, yang merupakan karunia Tuhan. Saya akan sampaikan ini dalam pertemuan lembaga negara dan Presiden," kata Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Nasional
PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Nasional
Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Nasional
Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Nasional
Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Nasional
Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Nasional
KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

Nasional
Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Nasional
Pakar: Ada 1 Opsi Ubah UU Kementerian Negara, Ajukan Uji Materi ke MK tapi...

Pakar: Ada 1 Opsi Ubah UU Kementerian Negara, Ajukan Uji Materi ke MK tapi...

Nasional
Suhu Madinah Capai 40 Derajat, Kemenag Minta Jemaah Haji Tak Paksakan Diri Ibadah di Masjid Nabawi

Suhu Madinah Capai 40 Derajat, Kemenag Minta Jemaah Haji Tak Paksakan Diri Ibadah di Masjid Nabawi

Nasional
MKMK Diminta Pecat Anwar Usman Usai Sewa Pengacara KPU untuk Lawan MK di PTUN

MKMK Diminta Pecat Anwar Usman Usai Sewa Pengacara KPU untuk Lawan MK di PTUN

Nasional
Lewat Pesantren Gemilang, Dompet Dhuafa Ajak Donatur Lansia Jalin Silaturahmi dan Saling Memotivasi

Lewat Pesantren Gemilang, Dompet Dhuafa Ajak Donatur Lansia Jalin Silaturahmi dan Saling Memotivasi

Nasional
Hari Pertama Penerbangan Haji, 4.500 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Pertama Penerbangan Haji, 4.500 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Ajak Masyarakat Sultra Doa Bersama supaya Bantuan Beras Diperpanjang

Jokowi Ajak Masyarakat Sultra Doa Bersama supaya Bantuan Beras Diperpanjang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com