Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komite Etik Bekerja, Anas Minta Penyidikan Kasusnya Ditunda

Kompas.com - 01/03/2013, 15:43 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka kasus dugaan penerimaan gratifikasi terkait korupsi proyek Hambalang, Anas Urbaningrum, meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunda proses penyidikan. Penundaan diminta dilakukan selama Komite Etik KPK bekerja menuntaskan kasus kebocoran draf surat perintah penyidikan (Sprindik) atas nama Anas. 

"Hari ini, saya ingin memasukkan surat ke pimpinan Komite Etik dan pimpinan KPK terkait dengan proses kerja yang berjalan di Komite Etik," kata kuasa hukum Anas, Firman Wijaya, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Jumat (1/3/2013). Permintaan penundaan penyidikan ini, kata dia, diajukan demi menjaga integritas KPK.

Sebab, tutur Firman, ada indikasi keterlibatan pimpinan KPK terkait kebocoran sprindik atas nama Anas tersebut yang tengah ditelusuri Komite Etik KPK. "Kami meminta seperti yang disampaikan pimpinan Komite Etik bahwa ada kemungkinan pemeriksaan ini terkait dengan sprindik yang bocornya di lingkup pimpinan dan level pengambilan keputusan. Saya meminta supaya integritas pemeriksaan bisa terjaga, sebaiknya proses penyidikan itu ditunda sementara,” ungkap Firman.

Firman juga berpendapat proses hukum kliennya tidak dapat dipisahkan dengan persoalan etika internal KPK yang tengah diusut Komite Etik tersebut. "Karena yang namanya proses penyidikan itu substansinya terkait dengan persoalan etik yang terkait. Etik kan sedang memeriksa proses rangkaian proses itu, jadi saya pikir, arif saja kita menyampaikan ini," tambahnya.

Meskipun demikian, kata Firman, pihak Anas tetap menghormati proses penyidikan di KPK dan proses pemeriksaan Komite Etik. Firman juga membantah kalau permintaan ini diajukan Anas karena mendengar rencana KPK untuk memeriksa mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu dalam waktu dekat. Menurut Firman, sampai sekarang, belum ada surat panggilan dari KPK untuk memeriksa Anas.

Digital forensik

Selain penundaan penyidikan, kata Firman, Anas juga meminta Komite Etik untuk melakukan prosedur digital forensik untuk pemeriksaan kebocoran sprindik tersebut. Pemeriksaan digital forensik, ujar dia, penting untuk melihat ada atau tidaknya komunikasi antara pihak internal KPK dan pihak eksternal yang berkaitan dengan bocornya sprindik. "Siapa tahu ada hubungan komunikasi. Kalau ada hubungan antara pihak luar dan dalam, kita kan enggak tahu medianya apa, tapi kan bisa saja karena sistem di KPK ini mampu memeriksa hal itu," kata Firman.

KPK menetapkan Anas sebagai tersangka atas dugaan menerima pemberian hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lainnya. Anas diduga menerima pemberian tersebut saat masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebelum Kongres Partai Demokrat pada Mei 2010. Sejauh ini, KPK sudah memeriksa sejumlah saksi untuk Anas. Mereka yang dimintai keterangan, di antaranya anggota Komisi II DPR Ignatius Mulyono dan staf Anas, Nurachmad Rusdam.

Penetapan Anas sebagai tersangka ini diwarnai insiden bocornya draf sprindik Anas. KPK pun menelusuri indikasi pelanggaran kode etik yang dilakukan unsur pimpinan KPK berkaitan dengan bocornya sprindik tersebut. Mulai Rabu (6/3/2013) pekan depan, Komite Etik akan meminta keterangan sejumlah pihak. Firman pun mengatakan, Anas belum mendapat undangan Komite Etik untuk diperiksa.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Skandal Proyek Hambalang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com