Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Choel Juga Mengakui Uang dari Deddy Kusdinar

Kompas.com - 25/01/2013, 23:02 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Executive Officer FOX Indonesia, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Choel Mallarangeng) mengaku pernah menerima uang dari Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga Deddy Kusdinar.

Uang tersebut diterima Choel pada 28 Agustus 2010. Saat itu, Deddy belum ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang.

"DK (Deddy Kusdinar) datang ke rumah saya pada saat ulang tahun, Sabtu tanggal 28 Agustus 2010. Malam harinya dia datang dan menitipkan sesuatu yang saya anggap hadiah ulang tahun," kata Choel seusai diperiksa KPK sebagai saksi kaus Hambalang, Jumat (25/1/2013).

Choel diperiksa sebagai saksi untuk Deddy dan juga kakaknya, Andi Alfian Mallarangeng yang menjadi tersangka kasus Hambalang. Lebih jauh Choel mengakui kalau uang yang diterimanya dari Deddy itu terbilang cukup besar nilainya.

Namun Choel enggan menyebut nilai pastinya. Dia mengaku sudah menyampaikan kepada penyidik KPK mengenai penerimaan uang tersebut. Choel bahkan mengaku siap mengembalikan uang dan menanggung konsekuensinya apabila penerimaan uang tersebut dianggap salah di mata hukum.

"Saya sungguh merasa bersalah dari lubuk hati yang paling dalam. Saya juga sudah menyatakan bahwa apabila ada yang salah dari apa yang saya lakukan, saya siap menanggung konsekuensi hukum apabila itu dianggap sebagai kesalahan di mata hukum, saya siap kembalikan," tuturnya.

Saat ditanya mengapa Choel tidak mengembalikan uang tersebut saat itu juga, Rizal Mallarangeng yang mendampingi Choel menjawab, "Itu kan sudah dikatakan tadi kalau dianggap salah, dia minta maaf dan akan menganggung konsekuensi hukumnya."

Choel juga mengaku tidak tahu motif atau latar berlakang Deddy memberikan uang tersebut kepada dirinya saat itu. Dia mengaku kenal Deddy sebagai bawahan kakaknya, Andi Alfian Mallarangeng. Choel beberapa kali bertemu Deddy dalam acara open house di rumah Andi.

"Waktu acara open house lebaran, dia bersama banyak petinggi-petinggi Kemenpora hadir. Pak Wafid (Seskemenpora saat itu) juga saya kenal. Saya pernah ketemu Pak Wafid juga di acara-acara di rumah pak menteri. Ketemu khusus juga saya pernah di satu restoran di Jakarta, sudah saya jelaskan semua ke penyidik," ujarnya.

Selain mengaku dapat uang dari Deddy, Choel juga mengaku menerima uang dari petinggi PT Global Daya Manunggal Herman Prananto. Uang tersebut diterima Choel dari Herman melalui staf Khusus Menteri Olahraga Bidang Kepemudaan Muhammad Fakhruddin.

Adapun PT Global Daya Manunggal merupakan salah satu perusahaan rekanan dalam pengerjaan proyek Kementerian Pemuda dan Olahraga tersebut. Dia mengaku pernah dua kali bertemu dengan Herman, yakni pada April 2010 dan Mei 2010.

Uang Rp 2 miliar itu, menurut Choel, diterimanya pada saat pertemuan kedua. Namun Choel membantah uang itu berkaitan dengan proyek Hambalang. Choel menganggap uang Rp 2 miliar yang diberikan Herman merupakan imbalan karena telah memperkenalkan Herman dengan kliennya. Sebagai seorang konsultan politik, Choel memiliki banyak klien dari kalangan pejabat dan partai politik.

Dalam kasus ini, KPK memeriksa Choel sebagai saksi untuk dua tersangka, yakni Andi Alfian Mallarangeng dan Deddy Kusdinar. Choel diduga ikut mengatur pemenangan PT Global sebagai perusahaan subkontraktor proyek Hambalang. Akhirnya, Global mendapat dua paket pekerjaan subkontraktor senilai Rp 139,9 miliar dan Rp 2,4 miliar dari PT Adhi Karya.

Nama Choel pertama kali disebut dalam persidangan kasus suap wisma atlet SEA Games. Andi Mallarangeng saat bersaksi untuk terdakwa kasus itu, Muhammad Nazaruddin, mengakui kalau Choel pernah ditawari uang Hambalang. Namun, menurut Andi, adiknya itu menolak pemberian uang tersebut.

Mantan Direktur Pemasaran Grup Permai, Mindo Rosalina Manulang, dalam persidangan juga mengungkapkan kalau Grup Permai mengeluarkan uang Rp 20 miliar untuk menggiring proyek wisma atlet SEA Hames dan Hambalang. Menurutnya, dari Rp 20 miliar itu, ada yang mengalir ke Choel. Namun, Rosa tidak menjelaskan berapa nilai uang yang diberikan ke Choel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com