Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, Ada Pemda yang Nyaris Bangkrut

Kompas.com - 27/11/2012, 16:29 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Adnan Pandupraja mengungkapkan, ada pemerintah daerah yang nyaris bangkrut secara teoretis. Pemerintah daerah (pemda) tersebut, katanya, sudah tidak bisa membayar gaji karyawannya sekian bulan. Hal itu disampaikan Adnan dalam jumpa pers terkait hasil pertemuan KPK dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).

"Sangat terkejut bahwa ternyata ada sebagian pemda yang secara teoretis nyaris bangkrut. Itu miris sekali," kata Adnan.

Namun, dia mengaku lupa pemda mana yang dimaksudnya itu. Adnan hanya menyebut, pemda yang nyaris bangkrut itu berada di Jawa. "Nanti bisa cek ke staf saya, tapi itu fakta yang tidak bisa diabaikan karena mismanagement,” tambahnya.

Seusai jumpa pers, mantan komisioner Komisi Kepolisian Nasional itu mengatakan bahwa kemungkinan pemda tersebut nyaris bangkrut karena kurang cermat dalam mengalokasikan anggaran. Berdasarkan kajian KPK, sebagian pemda belum berhasil menyusun anggarannya dengan baik. Misalnya, kata Adnan, pengalokasian biaya untuk pembayaran staf yang lebih besar dari belanja modal.

"Ini sangat memprihatinkan. Kita tahu biasanya ketika seorang kepala daerah terpilih, dia membawa kru-nya sehingga semakin besar jumlah staf di pemda," tutur Adnan.

Dia pun mencontohkan pemda yang dianggap baik dalam mengelola anggaran pendapatan belanja daerah (APDB). Menurut Adnan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemrov Jabar) cukup baik dalam menyusun alokasi anggaran yang ideal. "Pemrov Jabar melakukan pensiun dini sehingga akhirnya antara staf-pemda dan anggaran untuk membiayai staf dengan anggaran belanja modal menjadi ideal," ujarnya.

Melihat masih adanya pemda yang belum berhasil menyusun APBD dengan baik tersebut, KPK membuat rencana aksi di sejumlah wilayah dengan melakukan kajian, kemudian memperbaiki sistem daerah tersebut. Adapun daerah yang menjadi salah satu percontohan adalah Pemrov DKI Jakarta. Untuk itulah, KPK mengadakan pertemuan dengan Jokowi hari ini.

Salah satu topik diskusi dalam pertemuan tersebut berkaitan dengan penyusunan APBD. "Kemudian apakah kita akan terus memantau pilkada di tempat lain, mengingat ada 33 provinsi dan sekian banyak kabupaten/kota. Kita hanya memilih beberapa wilayah yang menurut kita akan menjadi perhatian publik," ujar Adnan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com