KOMPAS.com - Aktivitas pertambangan kapur pada ekosistem karst, akan menyebabkan susutnya keanekaragaman hayati dan bisa berdampak luas. Sebab, ekosistem karst tidak terpisah dari ekosistem yang lebih luas di luar kawasan karst.
Majelis Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), peneliti kelompok hewan pada ekosistem karst, Yayuk Rahayuningsih, menyatakan, "Jika ada aktivitas pertambangan kapur lama-kelamaan akan terjadi penyusutan keanekaragaman hayati."
Kerusakan yang diakibatkan aktivitas pertambangan atau ekstraktif bersifat drastis, sehingga tidak memungkinkan hewan-hewan tersebut bersiap untuk melakukan migrasi ke habitat lain dan mempersiapkan diri untuk adaptasi.
"Biasanya tambang kapur menggunakan bom. Sementara kalau perubahan alamiah, itu berlangsung secara perlahan sehingga hewan bisa berproses untuk beradaptasi," tambah Yayuk.
Selain itu, Yayuk menambahkan, "Biasanya kita hanya melihat karst sebagai gunung kapur, padahal sebenarnya banyak karst itu merupakan tangki air raksasa yang digunakan oleh penduduk di sekitarnya. Di gunung kapur tidak ada sumber air. Apa yang bakal terjadi kalau itu dihancurkan oleh pertambangan?"
Yayuk yang telah membukukan penenelitiannya di Karst Maros, Sulawesi Selatan, menegaskan, rantai ekosistem karst tidak berdiri sendiri, sehingga jika terganggu akan berdampak ke ekosistem lainnya. Misalnya, kelelawar yang tinggal di gua dalam ekosistem karst.
"Kelelawar itu merupakan pemencar biji, juga pollinator. Kalau misalnya kelelawar itu pemencar biji duren dan pollinator, kalau kelelawar di karst itu punah, bagaimana nasib kebun duren atau petai yang ada di luar karst. Siapa polinatornya?" tegas Yayuk.
Sementara hewan kecil di dalam gua karst, seperti kaki seribu, jangkrik (Gryllidae), atau kecoak merupakan perombak bahan organik. "Mereka merombak guano kelelawar (kotoran kelelawar)," jelas Yayuk.
Selain itu, burung walet dan kelelawar juga berfungsi sebagai pengendali hama karena mereka pemangsa serangga. "Bayangkan kalau pemangsa serangga tidak ada, maka daerah pertanian di sekitarnya bisa mengalami serangan hama," tambahnya.
Kelelawar juga berfungsi sebagai pemencar biji. Daerah yang terkena dampak bisa berjarak jauh dari karst yang ditambang karena kelelawar mencari makan di luar gua.
Saat ini sudah terjadi penambangan kapur di kawasan karst di Maros, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah sudah menjadi incaran pabrik semen, antara lain di Sukolilo, Jawa Tengah.
Menurut Yayuk, bahkan binatang kecil di gua karst juga memiliki fungsi penjaga ekosistem karst dan ekosistem di sekitarnya.
Dari segi peraturan, menurut peneliti karst dari Universitas Hasanuddin, Rachman Kurniawan, yang dihubungi Rabu (29/8) di Jakarta, "Sudah ada Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perlindungan dan Pengelolaan Karst yang masih dalam proses, masyarakat bisa memberikan masukan."
Pada Rabu (29/8/2012) malam, rancangan peraturan pemerintah tersebut tidak bisa ditemukan di situs Kementerian Hukum dan HAM.
Menurut Rachman, konservasi terhadap karst tidak bisa dilakukan sepenuhnya sampai menutup kesempatan untuk aktivitas lain non-konservasi. Ruang untuk aktivitas non-konservasi seperti aktivitas ekstraktif tentu harus dibuka.