Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KH Hasyim Muzadi: Kekerasan di Sampang Harus Dihentikan

Kompas.com - 28/08/2012, 01:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan, harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menghentikan aksi kekerasan terhadap penganut Syiah di Sampang, Madura, yang sudah terjadi dua kali, bahkan menimbulkan korban jiwa.
    
"Harus dihentikan. Kekerasan ini telah merenggut jiwa dan harta benda serta terjadinya kekejaman berupa pembakaran tempat tinggal. Tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan hal demikian," kata Hasyim di Jakarta, Senin (27/8/2012).
    
Bahkan, lanjut Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu, di dalam Islam, perang hanya diizinkan jika umat Islam diperangi. "Tidak boleh agresi sepihak," kata pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam di Malang, Jawa Timur, dan Depok, Jawa Barat, tersebut.

Oleh karena itu, Hasyim mengimbau para ulama dan pemuka masyarakat Sampang dan Jawa Timur agar kembali ke tata cara ukhuwah islamiah yang sebenarnya. "Karena ideologi tidak bisa hilang dengan kekerasan, tetapi dengan dakwah dan hikmah," katanya.
    
Sedangkan kepada kelompok Syiah, Hasyim mengimbau agar mereka dapat menjaga diri sekaligus menempatkan diri. "Janganlah suka menghujat sekte lain yang mayoritas dalam masyarakat secara terbuka, misalnya menghujat sahabat-sahabat Rasul selain Sayidina Ali dan yang semacamnya. Hal tersebut akan memicu konflik," katanya.
    
Kepada Pemerintah Kabupaten Sampang dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Hasyim mendesak agar membangun kembali rumah-rumah yang musnah serta menjaga keamanan warga penganut Syiah sebagai warga negara Indonesia. "Sedangkan yang bersalah tetap harus berhadapan dengan hukum," katanya.
    
Pada kesempatan yang sama, Hasyim mengingatkan umat Islam untuk senantiasa mewaspadai unsur-unsur adu domba yang bisa saja datang dari kalangan Islam sendiri ataupun dari luar Islam yang "islamofobia" dan ateistis, serta kelompok-kelompok yang senang adanya pertikaian dan kekerasan di kalangan umat kemudian dilaporkan ke luar negeri untuk merusak nama Islam dan Indonesia.
    
"Gerakan politik transnasional yang ditempelkan dalam gerakan agama pasti membahayakan keutuhan umat, NKRI, dan Pancasila, bahkan acapkali membantu separatisme," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    DPR Setujui Calvin Verdonk dan Jens Raven Berstatus WNI

    DPR Setujui Calvin Verdonk dan Jens Raven Berstatus WNI

    Nasional
    Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo Dinilai Kurang Inklusif Ketimbang Tim Transisi Era Jokowi

    Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo Dinilai Kurang Inklusif Ketimbang Tim Transisi Era Jokowi

    Nasional
    Buka Rapat Paripurna, Puan: 119 Anggota DPR Hadir, 172 Izin

    Buka Rapat Paripurna, Puan: 119 Anggota DPR Hadir, 172 Izin

    Nasional
    Hari Ini, Polri Ekstradisi Buronan Paling Dicari di Thailand Chaowalit Thongduan

    Hari Ini, Polri Ekstradisi Buronan Paling Dicari di Thailand Chaowalit Thongduan

    Nasional
    Jokowi Ungkap Biaya Pembangunan Kereta Cepat Lebih Murah Dibanding MRT

    Jokowi Ungkap Biaya Pembangunan Kereta Cepat Lebih Murah Dibanding MRT

    Nasional
    Tantang Kepala Daerah, Jokowi: Tunjuk Jari Siapa yang Sanggup Bangun MRT dengan APBD?

    Tantang Kepala Daerah, Jokowi: Tunjuk Jari Siapa yang Sanggup Bangun MRT dengan APBD?

    Nasional
    Kata Gerindra soal Pelibatan Partai Koalisi di Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran

    Kata Gerindra soal Pelibatan Partai Koalisi di Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran

    Nasional
    Puji Penghijauan di Balikpapan dan Surabaya, Jokowi: Kota Lain Saya Tunggu ...

    Puji Penghijauan di Balikpapan dan Surabaya, Jokowi: Kota Lain Saya Tunggu ...

    Nasional
    Kemenaker Perkuat Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Eropa

    Kemenaker Perkuat Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Eropa

    Nasional
    Soal Polemik Tapera, Fahira Idris Minta Pemerintah Perhatikan Keluhan Rakyat

    Soal Polemik Tapera, Fahira Idris Minta Pemerintah Perhatikan Keluhan Rakyat

    Nasional
    Jokowi Minta Pemda Bangun Transportasi Publik ART, Jauh Lebih Murah dari MRT

    Jokowi Minta Pemda Bangun Transportasi Publik ART, Jauh Lebih Murah dari MRT

    Nasional
    PKB Utus Ketua DPW Jakarta Komunikasi dengan Anies Terkait Pilkada 2024

    PKB Utus Ketua DPW Jakarta Komunikasi dengan Anies Terkait Pilkada 2024

    Nasional
    Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

    Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

    Nasional
    Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas, dan Perempuan

    Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas, dan Perempuan

    Nasional
    Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi Rp 6,6 M

    Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi Rp 6,6 M

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com