Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Langsung Bukan Penyebab Korupsi

Kompas.com - 17/04/2012, 15:35 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan kepala daerah secara langsung bukan menjadi penyebab maraknya korupsi di kalangan kepala daerah. Korupsi terjadi lebih karena mentalitas kepala daerah yang buruk sekaligus sistem kampanye berbiaya tinggi dalam memperebutkan jabatan kepala daerah.

"Pilkada (pemilihan kepala daerah) langsung memang butuh biaya tinggi. Tetapi, mengaitkan budaya korupsi kepala daerah dengan pilkada tidak relevan," kata Ketua Komisi Pemiluhan Umum (KPU) Kota Semarang, Mohamad Hakim Junaidi, di Jakarta, Selasa (17/4/2012).

Sebagaimana diberitakan, Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri Reydonnyzar Moenek, menuturkan, selama periode 2004-2012 sudah 173 kepala daerah menjalani pemeriksaan dengan status sebagai saksi, tersangka, dan terdakwa.

Sebanyak 70 persen dari jumlah itu sudah mendapat vonis berkekuatan hukum tetap dan menjadi terpidana. Diduga, salah satu penyebabnya adalah praktik politik uang dan mahalnya biaya pencalonan.

Menurut Mohamad Hakim Junaidi, dalam pilkada yang benar, semestinya kepala daerah tak perlu harus korupsi. Apa yang dijanjikan calon kepala daerah saat kampanye bisa saja dipenuhi. Kepala daerah terpilih bisa mengembangkan program-program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan itu, janji kampanye calon kepala daerah perlu disingkronkan melalui jalur Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) dari masyarkat bawah ke atas atau pemegang kebijakan.

Rancangan program di Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) disusun mendetail sebagai gabungan aspirasi masrakaat dan janji kampanye. Mohamad Hakim Junaidi mengakui, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sekarang memang memberikan peluang terbesar pada pemilik modal untuk maju sebagai calon kepala daerah dan kemungkinan memenangkan pemilihan.

Modal menjadi sangat menentukan, meskipun calon itu cacat moral dan tidak punya kemampuan bagus. "UU itu harus direvisi. Salah satu targetnya, bagaimana membangun sistem kampanye yang murah tapi efektif. Contohnya, negara atau KPU menanggung biaya kampanye," katanya. Ketika menjabat, penegakan hukum juga perlu diberlakukan kepada kepala daerah yang terlibat korupsi.

"Kepala daerah yang terlibat kasus korupsi harus diproses hukum tanpa tebang pilih. Perberat hukuman bagi koruptor, sita semua hartanya sampai miskin, dan kalau perlu, sampai hukuman mati," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com