Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Rumah Tangga Pribumi

Kompas.com - 08/03/2012, 14:41 WIB

PADA masa awal kolonialisme di Indonesia, masyarakat Eropa yang kebanyakan laki-laki lajang dan tinggal dalam koloni merasa repot mengurus diri dan rumah tangganya, maka saat itu kepemilikan atas pembantu yang berasal dari bangsa pribumi untuk mengurus rumah tangga merupakan hal yang biasa. Tidak hanya karena sangat murah, tapi mereka juga merupakan kebutuhan mendesak bagi banyak orang.

Selain itu, untuk membantu agar para baren (pendatang baru di koloni) dapat segera beradaptasi dengan baik, banyak diterbitkan buku pedoman yang antara lain berisi petunjuk-petunjuk mengenai cara mengatur rumah tangga di Hindia Belanda dan macam-macam pekerja yang akan membantu kelancaran jalannya rumah tangga.

Reggie Bay, dalam bukunya: "Nyai dan Pergundiakan di Hindia Belanda," menceritakan; Salah satu buku pedoman yang terkenal disusun oleh toko serba ada De Bijenkorf -didirikan sejak 1870 dan hingga kini masih ada di Belanda. Dalam buku itu diterangkan dengan rinci macam-macam pekerja rumah tangga pribumi untuk orang Eropa, yang biasanya terdiri dari:

- Djongos atau pelayan laki-laki di rumah, ia mendapat bayaran paling besar di antara pembantu-pembantu lainnya karena memiliki jam kerja yang paling panjang (biasanya dari jam 6 pagi sampai berakhirnya makan malam, sekitar jam 21.30). Tugasnya adalah merapikan kursi di serambi depan dan menyiapkan kopi, kemudian menyajikan sarapan dan memimpin semua pekerja rumah tangga.

- Baboe atau pelayan perempuan di rumah, tugasnya adalah mengurus kamar tidur, membersihkan lemari (mungkin dari kecoak atau serangga lain). Setiap minggu ia menjemur pakaian di bawah sinar matahari, merawat sepatu dan memperbaiki kerusakan baju dan pakaian dalam. Ia juga yang membereskan cucian kotor untuk selanjutnya dikerjakan oleh wasbaboe. Selain itu, sebagai baboe ia harus bergerak di dalam rumah dengan bertelanjang kaki, lembut dan tanpa bunyi sedikitpun.

- Kebon atau tukang kebun, selain bekerja di kebun, juga melakukan banyak hal dalam rumah tangga. Ia juga disebut manusje van alles (orang yang serba guna), tugasnya adalah menggosok dan memutihkan sepatu dengan kapur, merawat sepeda, mengambil dan mengantar bungkusan-bungkusan, membersihkan lantai, menggosok kamar mandi, membantu mencuci piring dan pada siang hari mengantar makan siang ke kantor majikannya. Terakhir mereka masih harus menyiram bunga, menyapu batu kerikil dan mencabut rumput.

- Wasbaboe atau tukang cuci. Jika ada anak-anak di rumah, yang dalam sehari bisa mengganti baju bersih hingga beberapa kali, maka seorang washbaboe adalah kebutuhan utama. Tumpukan baju mandi, baju tidur, pakaian dalam, kemeja, kaus kaki dan saputangan yang menggunung harus dicuci olehnya. Hal itulah yang menyibukkan wasbaboe sehari-hari.

- Kokkie atau tukang masak, adalah orang yang berkuasa di dapur. Bagaimana ia mengatur dan menyiapkan semuanya merupakan sebuah teka-teki bagi banyak nyonya. Yang penting masalah kebersihan tetap harus diawasi dan dijaga! Kepentingan kebanyakan nyonya berhubungan dengan dapur tidak jauh dari sekedar membicarakan daftar menu dan perhitungan belanja setelah sang kokkie pulang dari pasar."

Pada perkembangan selanjutnya, kepemilikan pembantu rumah tangga menjadi sangat penting karena berkaitan dengan prestise dan harga diri. Hal ini bahkan dipandang sebagai suatu keharusan, yaitu bukti nyata akan kesejahteraan dan supremasi orang Eropa (Komunitas Bambu; 2010).

Sampai saat ini, "warisan" dari masa kolonial itu masih ada, bahkan keberadaan pekerja rumah tangga atau pembantu di Indonesia semakin meningkat. Dalam setiap keluarga menengah ke atas dapat dipastikan memiliki satu atau lebih pembantu rumah tangga. Ironisnya, saat ini majikan para pekerja itu bukan lagi para orang Eropa, tapi justru bangsa sendiri.

(Lily Utami)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com