Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syaripudin Kecewa Hasil Sidak Rutan Salemba

Kompas.com - 16/11/2011, 15:44 WIB
Ary Wibowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan narapidana di Rumah Tahanan Salemba Syaipudin S Pane (43), mengaku kecewa dengan hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia di rumah tahanan (rutan) Salemba yang menyatakan tidak ditemukan sel-sel mewah di rutan tersebut.

"Saya ke sini atas undangan Pak Menteri (Amir Syamsuddin) dan Wamen (Denny Indrayana) untuk melihat kondisi rutan. Tapi ternyata sampai di sini saya kecewa banget Menteri bilang tidak menemukan dan tidak ada gambar itu," ujar Syaripudin di Rutan Salemba, Jakarta, Rabu (16/11/2011).

Sidak itu dilakukan setelah Syaripudin mengungkapkan rekaman video telepon seluler miliknya yang bercerita tentang fasilitas di blok khusus koruptor. Dalam video yang direkam pada 2008 tersebut, diceritakan soal adanya praktik jual beli ruangan khusus untuk bercinta sampai kehidupan mewah di dalam blok rutan. Melalui video Syaripudin, terekam pula praktik jual beli ruangan yang biasa digunakan untuk melakukan hubungan suami-istri.

Syaripudin mengatakan, meskipun beberapa blok dan sel tahanan sudah diubah, dirinya tetap yakin praktik-praktik yang terekam dalam videonya tersebut masih terjadi. Pasalnya, Syaripudin mengaku masih sering terus menjalin komunikasi dengan temannya yang masih berstatus sebagai narapidana dalam rutan Salemba.

"Hampir semua blok judi itu ada di setiap sudut. Dari blok O hingga blok macam-macam yang jelas sesuai dengan gambar-gambar di video itu, ada semua. Dan tiga bulan yang lalu, saya ke sini masih berjalan," katanya.

Ditambahkan Syaripudin, dirinya sudah menjelaskan mengenai kondisi tersebut kepada Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin Namun, ia mengaku penjelasannya tersebut pun tidak mendapat respon yang baik dari Menteri.

"Tampaknya dia (Amir Syamsuddin) begitu emosi atas pernyataan saya di media yang menyataakan bahwa praktik seperti itu masih ada di sini. Otomatis mereka kebakaran jenggot ketika saya ceritakan hal seperti itu. Pak menteri tidak mau debat dengan saya. Dianggapnya debat dengan saya adalah debat kusir," kata Syaripudin.

Syaripudin menambahkan, setelah datang ke rutan Salemba, petugas meminta agar dirinya melakukan pengecekan langsung sendiri, karena Menteri sudah lebih dulu meninggalkan lokasi. Ia menilai, hal tersebut merupakan tindakan yang sangat salah, karena tidak menghargai dirinya sebagai WNI.

"Mereka suruh saya ke blok dengan pengawalan rutan ini, saya bukannya tidak percaya, tapi manusia di sini ada tiga ribu apakah bisa nyawa saya dijamin," kata dia.

Seperti diberitakan, Syaripudin, pengusaha ekspor impor karpet, diganjar hukuman penjara karena kasus pemalsuan dokumen yang dilakukan staf perusahaannya. Dia ditahan Polrestro Jakarta Pusat pada 11 November 2007 sampai Januari 2008.

Pada 16 Januari, Syaripudin dikirim ke Rutan Salemba dengan status tahanan titipan Kejaksaan. Dia mendapatkan cuti bersyarat tanggal 7 Mei 2008, korting dua bulan dari masa pembebasan.

Selama lima bulan mendekam di Rutan Salemba pada tahun 2008, dia berhasil membuat 27 penggalan atau slot rekaman video. Durasinya mulai dari 1,5 menit sampai 3 menit. Total durasi 27 slot rekaman video itu sekitar 20 menit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Caleg Nasdem Peraih Suara Terbanyak di Sultra Tina Nur Alam Mundur, Ini Kata Sekjen

Caleg Nasdem Peraih Suara Terbanyak di Sultra Tina Nur Alam Mundur, Ini Kata Sekjen

Nasional
Sandra Dewi Kembali Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Suaminya

Sandra Dewi Kembali Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Suaminya

Nasional
Ramai soal Biaya UKT, Muhadjir: Jangan Tiba-tiba Naik, Terlalu Sembrono

Ramai soal Biaya UKT, Muhadjir: Jangan Tiba-tiba Naik, Terlalu Sembrono

Nasional
Kepala BIN: IKN Cermin Transformasi Indonesia Menuju Negara Maju Modern

Kepala BIN: IKN Cermin Transformasi Indonesia Menuju Negara Maju Modern

Nasional
5 Poin Terkait Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

5 Poin Terkait Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anak SYL Minta Uang ke Pejabat Kementan | DPR dan Pemerintah Diam-diam Revisi UU MK

[POPULER NASIONAL] Anak SYL Minta Uang ke Pejabat Kementan | DPR dan Pemerintah Diam-diam Revisi UU MK

Nasional
Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Nasional
Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Nasional
Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Nasional
Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Nasional
TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com