Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Reshuffle" Harus Hasilkan Perbaikan

Kompas.com - 24/09/2011, 01:48 WIB

James Luhulima

Pembahasan tentang reshuffle bergulir lagi awal bulan ini ketika Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di Bina Graha, Jakarta, ditanya wartawan tentang dugaan suap di dua kementerian, yakni Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Saat itu Julian mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono segera mengoreksi kinerja kementerian terkait dengan terus bertambahnya kasus dugaan korupsi yang melilit kementerian di Kabinet Indonesia Bersatu II. Namun, Julian menegaskan, Presiden tetap menyerahkan kasus tersebut kepada proses hukum dan tidak akan melakukan intervensi.

Tindakan bahwa Presiden dan Wapres akan mengoreksi itu langsung diterjemahkan wartawan bahwa Presiden akan mengadakan perombakan kabinet (reshuffle). Namun, ketika hal tersebut ditanyakan, Julian mengatakan, Presiden belum memberikan arahan.

Meskipun demikian, pembahasan tentang reshuffle terus bergulir. Bahkan, analis politik menyebutkan, pemerintahan Presiden Yudhoyono hampir mencapai keadaan deadlock alias mandek. Hal itu terjadi karena kepemimpinan tidak efektif, tersandera berbagai kasus korupsi, dan pemerintahan terbelenggu oleh koalisi partai politik.

Untuk memperlihatkan bahwa Presiden memperhatikan aspirasi masyarakat, ketika wartawan menyebutkan bahwa perombakan kabinet sebagai isu yang sedang hangat, ia menjawab, ”Tunggu tanggal mainnya.”

Dan, seperti pada masa lalu, lagi-lagi Presiden memilih menggantung keputusan untuk merombak kabinet tersebut hingga bulan depan. Itu menunjukkan bahwa Presiden tidak melihatnya sebagai sesuatu yang mendesak. Presiden seperti tidak menyadari bahwa semakin lama isu reshuffle dibiarkan menggantung, semakin lama ketidakpastian berlangsung. Isu dibiarkan merebak dan spekulasi pun tumbuh dengan subur.

Dalam pidatonya pada pembukaan Musyawarah Nasional XI Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Jambi, Kamis (22/9), Presiden menyebutkan, ia akan melakukan reshuffle kabinet sebelum pemerintahannya genap berusia dua tahun, 22 Oktober mendatang. Dan, kita pun belum mendapatkan gambaran seperti apa bentuk kabinet yang baru setelah reshuffle dilakukan.

Pernyataan yang diberikan Presiden sangat normatif, yakni ingin memiliki kinerja lebih baik dan efektif, yang merujuk pada kinerja dan integritas. Sama sekali tidak ditegaskan apakah ia memilih kabinet yang diisi oleh profesional atau akan tetap mempertahankan kabinet multipartai.

Semua itu membuat analis politik dan ekonomi meragukan kabinet hasil reshuffle akan lebih baik daripada kabinet sebelum reshuffle. Apalagi ada kabar bahwa benar ada beberapa menteri yang akan diganti, tetapi menteri-menteri yang diduga tersangkut kasus suap masih tetap ikut dalam kabinet hasil reshuffle meskipun berubah posisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com