Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajah Awal Peradaban Manusia di Sulteng

Kompas.com - 16/08/2011, 02:38 WIB

Ini bukan sekadar konon, tapi fakta yang juga berdasarkan berbagai hasil penelitian. Katanya, untuk melihat awal peradaban manusia di Sulawesi Tengah, datanglah ke tiga lembah, yakni Lembah Besoa, Bada, dan Napu yang ada di Kabupaten Poso.

Tiga lembah ini meliputi enam kecamatan, yakni Lore Utara, Lore Tengah, Lore Selatan, Lore Barat, Lore Timur, dan Lore Peore. Wilayah ini berada di sekitar Taman Nasional Lore Lindu.

Apa yang disebut sebagai awal peradaban ini adalah peninggalan purbakala berupa situs megalitik. Setidaknya ada lebih dari 30 situs megalitik di tiga lembah ini, di mana setiap situs berisi satu sampai 30-an arca. Data Dinas Pariwisata Sulteng mencatat, sebanyak 1.451 arca dengan berbagai bentuk dan ukuran ada di tiga lembah ini.

Di tiga lembah itu arca-arca ini terletak secara alami di sekitar persawahan, dataran tinggi, hutan, permukiman warga, dan padang rumput. Letaknya di alam terbuka dengan pemandangan sekeliling yang indah, seperti gunung, hutan, maupun lembah, atau di antara persawahan penduduk, membuat situs megalitik ini selalu menarik dikunjungi tak hanya wisatawan, tapi juga peneliti.

Sebagai contoh adalah situs Pokekea di Desa Hangira, Kecamatan Lore Tengah, yang berada di lembah Besoa. Dari Doda, ibu kota Kecamatan Lore Tengah, Situs Pokekea berjarak sekitar 8 kilometer. Situs Pokekea berada di lembah yang dikelilingi pegunungan. Di Situs ini sedikitnya ada 30 arca. Ada patung manusia berbentuk pipih dengan bagian depan berukir bentuk wajah dan bagian tubuh yang menunjuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Ukurannya beragam, dengan tinggi 100 cm-160 cm dan lebar 25 cm-50 cm.

Banyak pula benda berbentuk loyang raksasa atau sebutan setempat kalamba, dengan ukuran beragam, mulai dari tinggi satu meter-dua meter dengan diameter 100-250 cm. Benda-benda ini lengkap dengan penutupnya yang juga terbuat dari batu, tapi umumnya terletak di tanah. Bentuknya seperti penutup panci dengan tonjolan di tengah-tengah, tebalnya 30 cm-50 cm dan diameter 100-200 cm. Sebagian pinggirannya ada yang dihiasi patung monyet dalam posisi telapak tangan, lutut, dan telapak kaki bagian depan menyentuh bagian atas penutup.

Ada lagi yang berbentuk seperti dulang, batu datar dengan ukiran dan simbol-simbol di bagian atasnya yang menyerupai tempat penyembahan, lesung, serta bentuk lain. Letak antara satu benda dan benda lain di Situs Pokekea adalah 100-300 meter. Tapi, jarak antara satu situs dan situs lainnya dalam satu kecamatan adalah 1 kilometer hingga lebih dari 10 kilometer. Umumnya harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Atau coba ke Desa Bariri, tempat arca batu Tadulako berada. Sebuah patung batu berbentuk lonjong berukuran tinggi sekitar 2 meter dengan diameter 1 meter. Melihat ukiran wajah dan tubuhnya, patung ini berjenis kelamin laki-laki. Terletak di ketinggian, menghadap ke arah barat. Jauh di sekitar lembah adalah hamparan pegunungan dan sawah bak permadani.

Simbol peradaban

Berbagai penelitian menyebutkan, situs megalitik di tiga lembah ini diperkirakan sudah berusia ribuan tahun atau sejak 2.000-2.500 tahun sebelum Masehi, tepatnya pada permulaan zaman megalitik—masuknya zaman bercocok tanam. Keberadaan situs-situs ini adalah simbol masuknya manusia pertama ke Sulteng, sekaligus awal peradaban di wilayah ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com