Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut WC Umum, Priyo Tak Tersinggung

Kompas.com - 28/04/2011, 12:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku tidak tersinggung dengan aksi protes para seniman pelukis yang mengasosiasikan DPR dengan WC umum. Menurut Priyo, ini merupakan bentuk kebebasan berpendapat bagi publik untuk menilai wakil rakyatnya. 

"Tidak (tersinggung). Biasa saja. Nyatanya begitu penilaian masyarakat," ungkapnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/4/2011). 

Politisi Golkar ini awalnya enggan berkomentar banyak karena, menurut dia, aksi para seniman wajar-wajar saja. DPR, lanjutnya, juga sudah kenyang akan kritik dan harus menerimanya dengan lapang dada. 

Namun, Priyo mengatakan tak baik seterusnya jika seperti ini. Priyo juga mengakui bahwa simbolisasi tajam yang diberikan terhadap DPR sebagai WC umum menunjukkan bahwa kekesalan masyarakat terhadap anggota Dewan sudah memuncak. Tak ada pula niatnya untuk menuntut balik atas ungkapan tajam para seniman. 

"Nyatanya memang begitu. Harus didengar baik-baik. Begitu dikritik kami terima. Ada sebagian (aksi kritik) yang murni, ada sebagian yang kurang murni. Ada yang harus diterima dengan lapang dada," katanya.

Seperti diberitakan, sejumlah pelukis Jakarta menggelar aksi melukis bersama di depan gedung DPR di Jakarta, Rabu (27/4/2011) siang. Lewat berbagai lukisan yang menggambarkan gedung wakil rakyat sebagai WC umum, para seniman memprotes rencana pembangunan gedung baru DPR dan kinerja wakil rakyat yang dinilai kian melenceng dari perjuangan rakyat.

Para pelukis itu antara lain Hardi, Odji Lirungan, Yayah TS, Willy Yusuf, Ridwan Manantik, dan Kasiman. Mereka membawa kanvas kosong yang disandarkan di pelataran di depan pintu gerbang gedung DPR. Secara bersama-sama mereka kemudian melukis dengan tema DPR sebagai "WC umum".

Lukisan rata-rata menampilkan sosok gedung DPR lama dan rencana gedung baru. Di antara gedung digambarkan orang-orang sedang buang hajat. Gedung wakil rakyat seperti menjadi arena WC umum massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

    Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Nasional
    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com